Mohon tunggu...
Muhammad Ikhsan Hidayat
Muhammad Ikhsan Hidayat Mohon Tunggu... Seniman - Penulis lepas, Peneliti di Pon Pes Dar al-Qolam Semarang

Hidup sekali hiduplah yang berarti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hadis Palsu dan Hoax, Kendalikanlah!

23 April 2021   22:22 Diperbarui: 23 April 2021   23:12 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan kemashyuran beberapa hadits, kita mungkin banyak yang sudah mengimani hadits-hadits yang beredar, khususnya seputar bulan Ramadan. Dan ternyata, kebanyakan diantaranya berstatus dhaif. Hadits dhaif, sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama, merupakan hadits yang lemah dan tidak bernilai. Itu yang dhaif, lalu bagaimana dengan hadits yang tingkatannya berada dibawah hadits dhaif? Atau yang biasa disebut hadits maudhu' atau palsu.

Imam al-Iraqi di dalam Alfiyyatul Hadits mengatakan "Seburuk-buruk hadits lemah adalah hadits palsu, Kedustaan yang diada-adakan lagi dibuat-buat." Itulah yang menyebabkan hadits palsu begitu dilarang, baik itu menyebarkan, menyampaikan, apalagi mengajak orang lain untuk mengamalkannya. Karena sama saja mengajarkan kedustaan atas nama Nabi Muhammad. Disampampaikannya hadits palsu hanya untuk sekadar pemberitahuan yang menunjukkan bahwa hadits ini palsu dan tidak bisa diamalkan.

Salah satu faktor penyebab muncunya hadits palsu yakni kepentingan suatu kelompok. Dibarengi adanya ideologi yang ketika diperhatikan sudah mendarah daging dalam diri kelompok tersebut. Bukan hanya itu, ada faktor lain yang menjadikan dikenalnya hadits palsu, dan ini bisa dijadikan pembelajaran untuk kita. Sekaligus mengetahui bahwa hadits bisa dikatakan palsu. Yakni dapat diketahui dari segi bahasa dan nilai yang terkandung di dalamnya secara dzohiriyah kurang masuk akal. Sebab, hadits ini bertentangan pada isi ayat al-Qur'an.

Munculnya hadits-hadits palsu tentu cukup meresahkan. Memang, ada hadits yang maknanya baik, namun ketika bukan bersumber dari al-Qur'an ataupun sunnah, tentu tidak dapat diamalkan untuk dijadkan sebagai ibadah. Sebab, masih ada ayat atau hadits shahih lain yang mengarah pada makna hadits itu.

Maka, setidaknya fenomena hadits maudhu' ini bisa diibaratkan sebagai penyebaran hoax dan terorisme yang penyebarannya makin marak di negeri ini. Sebab, ideologi yang diemban oleh para penganut yang kuat. Dan tidak menuru kemngkinan pada masanya akan mengubah ideologi suatu negara. Pemahaman yang salah, mestinya jangan sampai dibiarkan terus menyebar bagaikan virus yang tak tampak dengan penyebaran yang merajalela.

Perlu diingat, bahwa keduanya sama-sama bertentangan dengan ajaran agama, dan merupakan perbuatan yang tidak dibenarkan. Dan ketika kita kembali pada masa lalu, yakni pada masa sejarah beredarnya hadits palsu hingga kemudian sampai ke banyak pihak. Nah, reaksi orang terhadap adanya hadits palsu ini tentu akan bertanya-tanya tentang kebenarannya, dan yang paham, pasti akan menolaknya. Anggapan mereka tidak jauh-jauh dari pernyataan yang menyatakan bahwa ini bukanlah hadits dan tidak sesuai dengan Islam.

Tidak sedikit hadits palsu yang beredar, sebagai contoh dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu al-Bailami, "Barangsiapa berpuasa di waktu pagi pada hari 'Idul Fithri, dia bagaikan puasa sepanjang waktu." Dengan melihat maknanya saja, tentu sudah jelas sangat bertentangan. Hari hari raya idul fitri merupakan diantara hari tasyrik, dan diharamkan puasa saat itu.

Kembali ke pembahasan mengenai hoax dan terorisme. Bahwa beragam peristiwa seperti beredarnya berita hoax dan pengeboman itu tidak ada habisnya. Terorisme menjadi tindak kejahatan yang selalu saja membuat resah. Bagi orang yang mengerti, tentu akan bertanya apa maksud dan tujuan dari pelaku? Apakah akan masuk surga? Atau ada kepentingan lain? Yang pasti saya sendiri tidak mengetahuinya. Entahlah, namun dengan keyakinan yang sudah tertanam dalam diri mereka, maka jangan ada kata menular. Jangan sampai kita justru terjerumus hingga menjadi bagian di dalamnya.

Cobalah untuk menggunakan pikiran jernih, dengan pengamalan hadits yang diyakini palsu, maka tidak ada gunanya. Begitupun dengan tindakan hoax dan terorisme. Keduanya tidak sesuai alias bertentangan dengan al-Qur'an. Alangkah lebih baik ketika kita melakukan sesuatu yang jelas rujukannya dan bersumber dari al-Qur'an dan hadits shahih. Harapannya, semoga kita terus menjadi pribadi muslim yang taat dan terhindar dari segala bentuk penyimpangan.

Bukan tanpa pengikut, benar atau salah tentu ada saja pengikut. Baik hadits palsu maupun terorisme, yang mendukung pun ada. Dari kedua ini, mereka yang segolongan (sepemikiran) atau mungkin yang ilmunya kurang, maka akan dengan mudah percaya. Padahal, sama sekali tidak berarti. Dan akan makin berbahaya ketika dengan ilmu yang kurang, kemudian langsung menyebarkan sesuatu tanpa memfilter terlebih dahulu.

Ini juga berlaku juga dalam kehidupan sehari-hari, bahwa dengan datangnya informasi atau berita, janganlah buru-buru langsung percaya. Dan tetap, telusuri (tabayyun) terlebih dahulu kebenarannya. Sudah terlihat, bagi yang masih ragu, itu berarti sudah mendekati pada tidak percaya, maka ketika ditelusuri, pasti hasilnya tidak benar(fake). Menyebarkan hadits yang hanya ikut-ikutan saja tanpa disertai status hadits tentu dilarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun