Ketika bulan Ramadan tiba, semangat berbagi dan bersedekah meningkat pesat. Banyak orang berlomba-lomba melakukan kebaikan, salah satunya dengan membagikan takjil gratis di jalanan. Namun, tanpa disadari, niat baik ini bisa berubah menjadi pedang bermata dua yang justru menyakiti mereka yang berjuang mencari nafkah.
Bayangkan jika Anda seorang pedagang kecil yang sejak siang sudah menyiapkan berbagai jenis takjil, mengeluarkan modal, dan berharap dagangan laku agar bisa membawa uang pulang untuk keluarga. Kemudian, saat azan Magrib hampir berkumandang, datanglah sekelompok orang yang membagikan takjil gratis tepat di depan lapak Anda. Apa yang terjadi? Orang-orang yang tadinya ingin membeli lebih memilih mengambil takjil gratisan.
Apakah ini adil? Apakah ini benar-benar membantu? Tidak ada yang salah dengan niat berbagi, tetapi jika cara yang digunakan justru menghancurkan harapan para pedagang, apakah itu tetap disebut sedekah? Sedekah seharusnya memberi manfaat, bukan menambah penderitaan orang lain.
Banyak yang tidak berpikir jauh. Mereka hanya fokus pada kesenangan memberi dan mendapat pujian, tanpa menyadari dampaknya terhadap orang-orang yang menggantungkan hidup pada dagangan kecil mereka. Coba posisikan diri sebagai pedagang, apakah Anda tidak sakit hati melihat usaha Anda sia-sia?
Lebih bijaksana jika kita membeli dagangan mereka terlebih dahulu, lalu membagikannya kepada yang membutuhkan. Dengan cara ini, kita tidak hanya bersedekah kepada yang menerima takjil, tetapi juga membantu para pedagang kecil tetap mendapatkan rezeki mereka.
Banyak pedagang yang menjual takjil bukan karena iseng, tetapi karena mereka benar-benar membutuhkan uang untuk biaya hidup. Mereka memikirkan modal, keuntungan, dan kebutuhan keluarga mereka. Setiap hari mereka berharap bisa menjual habis dagangan agar bisa menyisihkan sedikit uang untuk keperluan lain.
Apa yang kita lakukan seharusnya tidak menambah beban mereka. Jika niat kita benar-benar ingin membantu, maka belilah dagangan mereka dan bagikan kepada yang lain. Dengan begitu, dua pihak sekaligus terbantu: pedagang tetap mendapatkan penghasilan dan orang-orang tetap menerima takjil secara gratis.
Ada banyak cara berbagi yang lebih bijak. Selain membeli dagangan mereka, kita juga bisa mencari tempat yang jauh dari area jualan pedagang untuk membagikan takjil. Dengan begitu, kita tetap bisa berbuat baik tanpa merugikan orang lain.
Banyak yang merasa bahwa memberikan takjil buatan sendiri lebih bernilai. Tidak salah, tetapi kita harus mempertimbangkan tempat dan waktu. Jangan sampai niat baik kita justru menghambat rezeki orang lain.