Mohon tunggu...
Khairul Ikhsan
Khairul Ikhsan Mohon Tunggu... Selamat datang di media masa seputar perkembangan ilmu pengetahuan

Disini kita akan membahas terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Puasa dan Kesehatan Mental: Bagaimana Berpuasa Meningkatkan Fokus

28 Februari 2025   08:58 Diperbarui: 28 Februari 2025   08:58 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makanan (Sumber: SolStock via istockphoto)

Puasa telah lama dikenal sebagai praktik yang tidak hanya membawa manfaat fisik, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan emosional. Dalam banyak tradisi spiritual dan budaya, puasa sering dikaitkan dengan ketenangan, peningkatan kesadaran diri, dan kedamaian batin. Namun, di luar aspek spiritualnya, ilmu pengetahuan modern telah mengungkap bagaimana puasa dapat memengaruhi fungsi otak, meningkatkan fokus, dan mengurangi stres.

Salah satu manfaat utama puasa terhadap kesehatan mental adalah kemampuannya dalam meningkatkan fokus dan kejernihan berpikir. Selama puasa, tubuh mengalami perubahan metabolisme di mana sumber energi beralih dari glukosa ke keton yang dihasilkan dari pembakaran lemak. Sebuah penelitian dalam Nature Reviews Neuroscience menunjukkan bahwa keton berperan sebagai sumber energi yang lebih stabil bagi otak, yang dapat meningkatkan fungsi kognitif, daya ingat, dan konsentrasi.

Puasa juga terbukti berkontribusi dalam meningkatkan produksi faktor neurotropik yang diturunkan dari otak atau brain-derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF merupakan protein yang penting untuk pertumbuhan, perbaikan, dan perlindungan neuron di otak. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Neuroscience menemukan bahwa peningkatan kadar BDNF akibat puasa dapat memperkuat koneksi antara sel-sel saraf dan meningkatkan ketahanan otak terhadap stres dan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.

Manfaat lain dari puasa bagi kesehatan mental adalah kemampuannya dalam mengurangi peradangan dalam otak. Peradangan kronis telah dikaitkan dengan berbagai gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Sebuah penelitian dalam Trends in Neurosciences menunjukkan bahwa puasa dapat menurunkan kadar sitokin pro-inflamasi yang berperan dalam peradangan saraf, sehingga membantu menjaga keseimbangan kimiawi otak dan meningkatkan suasana hati.

Efek puasa terhadap hormon juga memainkan peran penting dalam kesehatan mental. Saat seseorang berpuasa, terjadi peningkatan produksi hormon endorfin yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan. Penelitian yang diterbitkan dalam Neuropsychopharmacology menunjukkan bahwa individu yang menjalani puasa mengalami peningkatan endorfin secara signifikan, yang berkontribusi terhadap perasaan relaksasi dan kebahagiaan.

Selain endorfin, puasa juga memengaruhi kadar hormon stres, seperti kortisol. Meskipun kortisol sering dikaitkan dengan stres, dalam jumlah yang seimbang, hormon ini berperan dalam meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi tantangan. Studi yang dipublikasikan dalam Psychoneuroendocrinology menemukan bahwa puasa dapat membantu mengatur kadar kortisol, sehingga memungkinkan seseorang untuk mengelola stres dengan lebih baik dan menghindari lonjakan stres yang berlebihan.

Puasa juga dikaitkan dengan peningkatan kontrol diri dan ketahanan mental. Dengan menahan diri dari makan dan minum selama periode tertentu, individu secara tidak langsung melatih disiplin diri dan kemampuan mengendalikan impuls. Sebuah penelitian dalam Frontiers in Psychology menunjukkan bahwa praktik puasa dapat meningkatkan kapasitas seseorang untuk menunda kepuasan instan dan memperkuat kontrol diri dalam berbagai aspek kehidupan.

Dalam konteks kecemasan, puasa telah terbukti membantu mengurangi gejala gangguan kecemasan dengan mengatur keseimbangan neurotransmitter di otak. Serotonin, yang dikenal sebagai hormon penenang alami, mengalami peningkatan selama puasa, yang berkontribusi terhadap perasaan ketenangan dan stabilitas emosional. Penelitian dalam Journal of Affective Disorders menunjukkan bahwa individu yang berpuasa secara teratur memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak berpuasa.

Selain itu, puasa juga dapat meningkatkan kualitas tidur, yang merupakan faktor penting dalam kesehatan mental. Ketika tubuh tidak dibebani dengan pencernaan yang terus-menerus, ritme sirkadian menjadi lebih stabil, memungkinkan individu untuk tidur lebih nyenyak. Studi yang diterbitkan dalam Sleep Medicine Reviews menunjukkan bahwa puasa dapat membantu mengurangi gangguan tidur dan meningkatkan kualitas istirahat secara keseluruhan.

Puasa juga dapat memperkuat ketahanan emosional dengan meningkatkan kesadaran diri dan introspeksi. Dalam banyak tradisi keagamaan, puasa dianggap sebagai waktu untuk refleksi dan peningkatan spiritualitas. Hal ini didukung oleh penelitian dalam Journal of Religion and Health, yang menemukan bahwa praktik puasa dapat meningkatkan perasaan syukur, ketenangan, dan hubungan yang lebih dalam dengan diri sendiri serta lingkungan sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun