Mohon tunggu...
ikhlasul fuad
ikhlasul fuad Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

yok bisa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lingkungan Indonesia

16 April 2021   01:06 Diperbarui: 16 April 2021   01:11 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Berbicara mengenai persoalan lingkungan memang tidak akan pernah habis untuk dibicarakan. Banyak hal yang dapat kita ambil ketika sedang membahas persoalan lingkungan, mulai dari pengertiannya, manfaat, atupun kondisi saat ini.  Otto Soemawoto seorang pakar ekologi Indonesia pernah mengatakan bahwa pengertian lingkungan adalah semua benda dan juga kondisi yang berada di dalam ruangan dimana hal tersebut digunakan sebagai tempat dan dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia. Hal serupa juga pernah dikatakan oleh Emil Salim seorang ekonom asal Indonesia mengenai pengertian lingkungan yaitu semua benda, keadaan, kondisi, dan juga pengaruh yang berada dalam suatu ruangan yang saat ini kita tempati dan itu mempengaruhi kehidupan baik itu hewan, tumbuhan, dan juga manusia. Di Indonesia sendiri persoalan lingkungan menjadi hal yang penting sekaligus mengkhawatirkan untuk dibahas.

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihubungkan dengan laut yang sangat luas. Keadaan kepulauan yang ditambah dengan iklim tropis ini membuat lingkungan di Indonesia kaya akan sumber daya alam baik hayati maupun non hayati. Kekayaan tersebut haruslah tetap kita jaga agar lestari dan dapat terus dinikmati oleh anak cucu kita di masa depan nantinya. Namun, menjaga lingkungan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan karena banyaknya tantangan didalamnya. Pada dasarnya semakin berkembangnya zaman, semakin menurun pula kondisi lingkungan. Di Indonesia sendiri banyak kasus yang terjadi mengenai turunnya kondisi lingkugan. Dalam artikel ini saya akan berfokus untuk  membicarakan mengenai sampah, hutan, dan limbah pabrik yang ada di Indonesia karena menurut saya ketiganya merupakan hal yang paling urgent terhadap kondisi lingkungan.  

Kasus sampah memang salah satu persoalan rumit yang dihadapi oleh Indonesia. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya pernah mengatakan dalam wawancaranya bahwa, "Jumlah timbunan sampah yang sangat besar, kira-kira 67,8 juta ton pada tahun 2020. Kelihatannya akan terus bertambah seiring pertumbuhan jumlah penduduk dan dengan semakin membaiknya tingkat kesejahteraan". Kita ketahui bersama bahwa terurainya sampah memiliki waktu yang berbeda-beda tergantung dari jenisnya. 

Ada yang dalam hitungan minggu, bulan, bahkan bertahun-tahun. Sampah plastik merupakan sampah yang memiliki waktu paling lama untuk terurai bahkan sampai 500 tahun. Dilansir dari liputan6 bahwa Indonesia menempati urutan kedua sebagai penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Keadaan ini bukanlah sebuah prestasi yang harus dibanggakan karena dengan banyaknya tumpukan sampah khususnya plastik akan ada masalah yang ditimbulkan.

Inilah yang menjadi salah satu keresahan saya tentang Indonesia karena sampah plastik yang dapat menggangu ekosistem yang ada. Plastik merupakan bahan tahan air yang terbuat dari bahan-bahan kimia yang tentunya akan berbahaya jika sampai terkonsumsi. Saya ambil contoh kasus yang sering terjadi adalah adanya sampah plastik di lautan. Banyak hewan laut seperti paus, lumba-lumba, atau penyu yang mengira bahwa sampah plastik tersebut merupakan makanan. 

Ketika sampah plastik dikonsumi tentunya akan berdampak pada kesehatan hewan-hewan tersebut yang akan berujung kepada kematian. Kematian yang terus terjadi tanpa adanya penanganan yang baik dapat menyebabkan kepunahan. Terjadinya kepunahan satu aspek saja didalam ekosistem akan berdampak pada keseimbangan kehidupan. Selain itu, banyaknya sampah plastik di lautan juga dapat mengurangi bahkan menghilangkan kesan keindahannya. Bayangkan saja ketika kita sedang melakukan snorkeling atau diving untuk melihat keindahan laut, kemudian muncul sampah dihapan kita maka hal yang awalnya indah untuk dipandang menjadi tidak enak bahkan menjijikkan. Ini hanya sebatas dampak sampah plastik di laut, tidak terbayang yang ada di darat dimana mayoritas orang membuang sampah dengan berbagai jenis setiap harinya, bahkan tidak jarang juga mereka membuangnya dengan cara sembarangan.

Kasus yang tak kalah mengkhawatirkan dari tingginya produksi sampah adalah mengenai terus berkurangnya luas hutan di Indonesia. Kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan negara yang masuk kedalam sepuluh besar dengan hutan terluas di dunia. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Hardwinarto pernah mengatakan luas hutan pada tahun 2019, "Dari jumlah tersebut, 92,3% dari total luas berhutan atau 86,9 juta ha, berada di dalam kawasan hutan". 

Hal ini menyebabkan Indonesia harus lebih optimal lagi dalam melakukan pengawasan terhadap segala unsur yang ada di dalam hutan baik itu flora maupun fauna agar tetap lestari. Keberadaan hutan sangatlah penting bagi kehidupan karena selain sebagai penghasil oksigen dan tempat hidup berbagai flora dan fauna, juga digunakan sebagai pencegah terjadinya bencana alam seperti tanah longsor dan banjir. Namun, keberadaan hutan di Indonesia terus mengalami penurunan luasnya.

Penurunan ini disebabkan oleh banyak faktor misalnya saja penebangan pohon secara liar, pembakaran hutan, dan faktor alam. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa manusialah yang merupakan faktor yang paling dominan dalam melakukan perusakan hutan. Perusakan hutan ini biasanya dilakukan demi kesenangan mereka saja tanpa menghiraukan dampak yang akan ditimbulkan kedepannya. Salah satu kasus yang baru saja terjadi tepatnya pada tanggal 30 Desember 2020 terjadi penebangan hutan secara liar di Kalimantan Tengah.

Pulau Kalimantan merupakan kawasan yang memiliki luas hutan yang paling besar di Indonesia, tidak heran jika disana sering terjadi penebangan hutan secara liar. Jika hal ini terus-menerus terjadi hutan akan mengalami pengurangan luas dan habitat berbagai flora dan fauna akan terancam. Adanya wacana pemindahan ibukota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur juga akan menambah keresahan dalam diri saya. 

Menurut saya dengan dilakukan pemindahan ini dapat menyebabkan alih fungsi lahan dimana kawasan hutan akan mengalami pengurangan luas. Pengurangan ini tentunya akan sangat luas karena tidak mungkin apabila pembangunan ibukota beserta sarana-sarana penunjangnya nanti hanya membutuhkan wilayah yang kecil. Keberadaan fauna yang tinggal di hutan tersebut juga akan terancam kehidupannya. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya pernah mengatakan dan berjanji bahwa pembangunan ibukota baru ini akan memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, tetapi tetap saja masih dapat menimbulkan keresahan di masyarakat khususnya mereka yang tinggal di dekat area pembangunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun