Mohon tunggu...
Ikhlas Tawazun
Ikhlas Tawazun Mohon Tunggu... Freelancer - instagram/twitter: @tawazunikhlas

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Indonesia 2018

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pembangunan yang Membawa Palembang Menuju Asian Games

24 Juni 2018   21:27 Diperbarui: 26 Juni 2018   14:05 1801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lintasan LRT dibangun beriringan dengan Jembatan Ampera (Foto: sumselterkini.id)

Kurang lebih 50 hari lagi perhelatan akbar Asian Games 2018 akan dibuka. Asian Games 2018 akan dilgelar di 2 kota, yaitu Jakarta dan Palembang. Penunjukan Jakarta sebagai kota pelaksana Asian Games sangatlah wajar. Tapi kenapa Palembang juga? Apa yang membuat Ibukota Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) layak untuk menjadi tuan rumah acara terbesar se-Asia ?

Sebelum 2010, Kota Palembang hanyalah ibukota provinsi yang biasa-biasa saja. Di Sumatera sendiri, pamor Palembang masih kalah dengan Medan dan Padang. Palembang pada masa ini terlihat seperti kota tua yang tumbuh dengan lambat dan tenggelam dalam kejayaan masa lalunya.

Stadion Jakabaring di Palembang, yang merupakan stadion terbesar di Sumatera dan ketiga di Indonesia, masih tampak seperti stadion provinsi lainnya, besar tapi kurang terurus. Stadion Jakabaring mulai dibangun pada 1 Januari 2001 dan dibuka pada 1 Januari 2004 tersebut diperuntukkan untuk menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI. Acara paling besar yang pernah diadakan di Palembang adalah Piala Asia 2007, saat itu Palembang menjadi kota 'pendamping' Jakarta, tapi tidak banyak perubahan yang terjadi.

Perubahan besar terjadi saat SBY memilih Palembang dan Jakarta menjadi tuan rumah South East Asian Games (SEA Games) ke-16 yang akan dilaksanakan pada 11-22 November 2011. Alasan Palembang dipilh sederhana; dianggap paling bersemangat dan paling siap.

Walaupun dianggap paling siap, Palembang masih jauh dari kata siap untuk menyambut SEA Games. Stadion Jakabaring saja tidak akan cukup, mengingat ada 44 cabang lomba yang dilombakan. Ambil saja cabang lomba layar dan ski air yang membutuhkan danau, belum tersedia danau yang memadai. Belum lagi cabang olahraga berkuda, bowling, dan masih banyak lainnya yang membutuhkan infrastruktur pendukungnya masing-masing.

Pemerintah lalu mulai membangun Wisma Atlet Jakabaring, penginapan dan sarana pendukung berbagai lomba, masih disekitar Stadion Jakabaring. Tidak lupa, pemerintah juga merenovasi Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, mengubahnya dari bandara domestik biasa menjadi bandara internasional.

Namun, perjalanan membangun wisma atlet tidaklah mulus. Sempat terjadi kasus korupsi wisma atlet yang menghebohkan dan membawa Nazaruddin, Angelina Sondakh, dan beberapa nama besar lainnya ke balik jeruji karena terbukti melakukan korupsi. Pada akhirnya, walaupun didera kasus korupsi, wisma atlet akhirnya selesai dan siap digunakan untuk SEA Games 2011.

Setelah terlaksana dengan baik, SEA Games ditutup pada 22 November 2011. Lantas apakah setelah itu wisma atlet dan infrastruktur lainnya di Sumsel yang sampai memakan biaya Rp 416 miliar ditelantarkan begitu saja? Tentu saja tidak.

Palembang kemudian menjadi kota event. Setelah SEA Games, di Palembang berturut-turut digelar Islamic Solidarity Games 2013, ASEAN University Games 2014, dan banyak lainnya.

Jika ditotal, tidak kurang dari 42 event berskala internasional telah digelar di Palembang sejak 2011. Bukan hanya event olahraga, event-event selain olahraga juga banyak digelar di Palembang, misalnya Konferensi Parliament Union of OIC Member State (PUIC) pada 2012 dan International Coordinating Council of the Man and The Biosphere Programme (ICC MAB) pada 2018.

Apa untungnya buat Palembang? Saya kira ini cukup jelas; tentu saja Palembang akan menjadi ramai dikunjungi turis, tercipta banyak lapangan kerja, dan yang paling penting, ekonominya akan meningkat pesat. Ekonominya akan meningkat pesat karena turis datang dan membelanjakan uangnya disini. 

Untuk lebih konkretnya begini; sebelum 2012 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang selalu berada dibawah Rp 300 miliar, tapi saat SEA Games digelar pada akhir 2011 (penghitunganya masuk ke tahun 2012), PAD Palembang meningkat pesat menjadi Rp 1,8 triliun, alias peningkatan Rp 1,5 triliun! Jelas bukan angka yang kecil. Ditambah lagi setelah 2012 PAD Palembang tidak pernah kurang dari Rp 500 miliar. Semua keuntungan itu didapat oleh Kota Palembang, padahal hampir semua dana pembangunannya dari APBN.

Sekarang Palembang dipersiapkan lagi untuk menyambut Asian Games 2018. Infrastruktur dibangun, LRT dibuat, tol dibuka. Dan lagi-lagi, biaya itu semua hampir seluruhnya diambil dari APBN.

Total biaya yang digelontorkan dari APBN untuk penyelenggaraan Asian Games saja sudah Rp 4,5 triliun. Itu baru 'penyelenggaraannya' (baca: operasionalnya). Menurut Pak JK, kalau ditambah lagi dengan biaya pembangunan infrastruktur pendukung (Bandara, LRT) sarana-prasarana (Renovasi stadion GBK dan Jakabaring), dll, total biaya untuk Asian Games bisa menyentuh angka Rp 30 triliun. Sementara itu, keuntungan langsung dari Asian Games diproyeksikan akan lebih besar daripada biaya penyelenggaraanya.

Maka pada tahun 2018 ini Palembang diprediksi akan kembali mendulang emas dari pelaksanaan Asian Games 2018. Apalagi Asian Games jauh lebih besar dari SEA Games. Menurut Erick Thohir, ketua Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (INASGOC); dengan lebih dari 15 ribu peserta (10 ribu atlet + 5 ribu official) dari 45 negara dan lebih dari 5 miliar pemirsa (lantaran tidak hanya disiarkan di Asia), Asian Games adalah event terbesar kedua di dunia setelah Olimpiade.

Sebagai hasil akhir dari semua proses panjang tersebut, Palembang akan tampil sebagai salah satu kota terdepan Indonesia, menyaingi Padang, Medan, bahkan mungkin Jakarta. Palembang akan menjadi kota maju dengan ekonomi yang kuat, kondisi yang stabil, dan warganya yang sejahtera.

Apa kunci menuju kemajuan Palembang tersebut?

Jawabannya jelas, pembangunan.

Setelah pembangunan wisma atlet, arah perkembangan Palembang ibarat sudah disetel ke auto pilot menjadi kota event dan kota wisata. Bahkan kalaupun walikota dan gubernur berganti, tidak akan berefek banyak terhadap arah perkembangan Palembang dan Sumsel yang sudah pasti.

Infrastruktur yang sudah terbangun, ditambah lagi dengan keindahan alam, kekayaan budaya, dan juga stabilitas sosial, tak ayal lagi menarik minat para pengusaha, event organizer, dan juga turis untuk berbondong-bondong menyambangi Palembang. 

Karena jelas, pengusaha mana yang tidak tertarik dengan kota yang infrastukturnya sudah siap menopang bisnisnya dan juga stabil? Event organizer mana yang tidak tertarik dengan kota yang sarana dan prasarananya lengkap dan siap dipakai serta aman? Dan turis mana yang tidak suka kota yang akses kemana-mananya mudah dan murah, dan pada saat yang bersamaan juga kaya budaya dan sering menjadi tempat berbagai event berskala internasional?

Akhir kata, dapat kita simpulkan bahwa langkah pemerintah membangun infrastruktur-infrastruktur baru di seluruh penjuru negeri sudah on the right track dan harus dilanjutkan. Memang efeknya tidak akan langsung terasa. Tapi yang jelas, pembangunan adalah langkah pertama agar kemajuan yang dirasakan warga Palembang dapat dirasakan seluruh rakyat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun