Mohon tunggu...
Julak Ikhlas
Julak Ikhlas Mohon Tunggu... Guru - Peminat Sejarah dan Fiksi

Julak Anum - Menulis adalah katarsis dari segenap sunyi. IG: https://www.instagram.com/ikhlas017 | FB: https://web.facebook.com/ikhlas.elqasr | Youtube: https://www.youtube.com/c/ikhlaselqasr

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Perbincangan

25 Mei 2021   16:50 Diperbarui: 27 Mei 2021   22:01 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PERBINCANGAN

1/
Kita begitu akrab dengan hawa dingin
malam yang memelihara sunyi
dan cangkir-cangkir yang menggenangkan getir
pada pekat perbincangan
yang berlumur bara dan nikotin

Aroma kopi yang kita hirup
serbuk di tepi cangkir yang enggan larut
pemantik api yang seringkali raib
dan bara yang menghidupi sebatang lisong
menjadi hal-ihwal pertama
sebelum seruput hingga menjadi dangkal
sebelum asap hingga tersisa abu
sebelum asbak kehabisan retorika
dan sebelum ampas kehilangan kata-kata

2/
Kita tenggelam pada banyak perdebatan
tentang mengapa dan bagaimana
mimpi yang terbunuh
setelah pagi berkhianat pada malam
asa yang begitu menjulang
tapi gugur di tubir kenyataan
dan rindu yang begitu mendalam
tapi hancur sebelum mengecap pertemuan

Dan kita tak pernah benar-benar mengerti
apa saja yang sedang kita cari dan jalani
barangkali hidup adalah sebuah rasa penasaran
dan kita akan memilah berbagai karena
dari setiap mengapa kita dilahirkan
tapi tetap saja tak ada yang benar-benar bisa disebut kepastian

3/
Kita kelimpungan
meneroka belantara di kepala kita
barangkali dunia memang berupa misteri
kita lahir dari ketidakpastian
tumbuh dalam kemungkinan-kemungkinan
dan masa depan hanya bertopang pada harapan

Kita boleh merasa paling bijak
dalam menyikapi kehidupan
tapi kita hanyalah pemuda
yang payah mencari penawar airmata
dari seorang bocah yang tumbuh di tubuh kita
ia seringkali bersikap manja dan cengeng
ketika setiap tanya tak menemukan jawabannya

4/
Sekali waktu kau pernah bertanya
apa yang membuat seseorang menjadi utuh sebagai manusia?
rasa sakit dan cinta, kurasa
sebab keduanya akan mendewasakan kita
kita butuh jatuh ke dalam rasa sakit
agar kita tahu bagaimana caranya untuk bangkit
dan kita butuh cinta
untuk merasakan segalanya
begitulah dunia manusia
ada banyak rasa di dalamnya

Lalu aku pun balas bertanya
apa kita benar-benar manusia?
dan kau malah balik melempar tanya
kita, apanya yang kita?
aku hanyalah imaji yang kau ciptakan
sketsa-sketsa yang kau mainkan di kepalamu
sebagai perempuan yang merindukan kekasihnya
lelaki yang kesepian di tengah pesta
ibu dengan beragam puisi dalam kandungannya
kakek tua yang tertatih memapah usia dan perut keroncongannya
dan aku juga mungkin seorang bocah
yang tumbuh di tubuh pemuda dewasa

5/
Kita akan semakin akrab dengan hawa dingin
dan kini malam juga semakin memekat
kita akan mencoba memejamkan mata dan terlelap
meski tidur kita akan sedikit lebih ringkas
ketimbang waktu yang dibutuhkan bara
untuk menyulut habis sisa puntung
hingga berakhir padam

"Apakah kau sudi untuk menemaniku berbincang dan menulis puisi lagi?"
"Datanglah nanti, di kedalaman ini, saat di mana kau tengah merasakan dinginnya kosong dan sepi."

Satui, 25 Mei 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun