Bila tak ada malam yang panjang untuk kita. Aku akan menelusuri sisa-sisa percakapan pada cangkir kopi terakhir yang kau tinggalkan. Menganggit reja-reja kata pada lipatan kenangan yang runtuh dalam kantong persajakan.
Aku tak menyangkal, pernah ada nama-nama lain yang merimbun di alas tidurku. Juga dengan doa-doa asing yang telah tercatat di setiap lembaran subuh.
Namun kali ini, percayalah! aku telah berangkat dan menjauh dari mimpi-mimpi berdaki yang kerap menghanyutkanku ke lain simpang. Membawa sekelumit harap dari monumen resah yang selalu terpahat di bibir basahmu.
Bahwa hanya kaulah satu-satunya nama yang ingin kuabadikan di setiap tepi persinggahan hingga sampai pada akhir perjalanan.
Angsana-Martapura, 29 Februari 2020