Mohon tunggu...
Julak Ikhlas
Julak Ikhlas Mohon Tunggu... Guru - Peminat Sejarah dan Fiksi

Julak Anum - Menulis adalah katarsis dari segenap sunyi. IG: https://www.instagram.com/ikhlas017 | FB: https://web.facebook.com/ikhlas.elqasr | Youtube: https://www.youtube.com/c/ikhlaselqasr

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dekret Semesta

30 April 2019   13:45 Diperbarui: 30 April 2019   14:02 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Segumpal rasa yang lalu pecah mengemuka. Bungkus yang terkemas rapi itu sobek dicakar rindu. Retak bersama keambiguannya. Terhimpit desakan demonstran ruang dan waktu. Menyerapah kebekuan hingga ban-ban protes dibakar, bukan sekadar kelakar.

Pada dinding-dinding bisu, terpampang diorama ketidakpuasan. Tuntutan demi tuntutan tak jua didengarkan. Hingga amukan rasa tak terelakkan. Menyeruak, mengambil alih fungsi-fungsi vital kehendak.

Retorika diam yang sumbang itu, telah benar-benar disumpal keramaian paling bising. Semua satu visi, satu teriakan pasti.

"Reformasi!" pekik mereka.

Suasana tak terkendali. Perumusan sajak pernyataan cinta dipercepat. Sebagai keharusan kala himpitan menuntut kepastian. Siluet nurani muncul di kegemparan huru-hara.

Melambaikan tangan penuh wibawa. Lalu, membacakan mukadimah yang berisi sajak pernyataan cinta dalam dekret semesta. Serta ucapan salam perpisahan pada kegagalan retorika hati yang begitu nyaman dalam kebisuan.

Angsana, 30 April 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun