Mohon tunggu...
I Ketut Sudarsana
I Ketut Sudarsana Mohon Tunggu... Dosen - Abdi Negara pada Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

I Ketut Sudarsana lahir di Desa Ulakan Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem Provinsi Bali. Jenjang pendidikan formal yang dilalui adalah SDN 4 Ulakan (1994), SMPN 1 Manggis (1997), dan SMKN 1 Sukawati (2000). Pendidikan Sarjana (S1) Pendidikan Agama Hindu di STAHN Denpasar (2004), dan Magister (S2) Pendidikan Agama Hindu di IHDN Denpasar (2009). Tahun 2014 menyelesaikan pendidikan Doktor (S3) di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Pengalaman kerja dimulai pada tanggal 1 Januari 2005 sampai sekarang sebagai dosen tetap Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. Adapun alamat email iketutsudarsana@uhnsugriwa.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belajar Cinta dari Dek Chuik

28 Januari 2016   10:59 Diperbarui: 9 Mei 2017   08:39 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Cinta sejati tidak mengenal status"][/caption]

“Dek anterin mira kekampus dong, motornya masih dibawa kakak ke pasar”. “Oh iya jam berapa aku jemput?” “Dosen pertama tidak masuk, jadi jemput jam 9 saja ya” “ya sudah kalau begitu” Jawab Dek Chuik.

Begitulah sepenggal percakapan yang biasa dilakukan oleh Dek Chuik dan Mira. Dek Chuik adalah seorang pemuda yang hanya tamatan SMA dan sekarang bekerja sebagai tukang sablon, sedangkan Mira adalah gadis cantik yang kuliah dijurusan ekonomi di Universitas swasta di Kota Denpasar. Keduanya memang sangat akrab dan pernah menjalin cinta.

Setelah menaruh Handphone Dek Chuik segera bergegas kekamarnya mengambil handuk, namun langkahnya terhenti ketika menatap sebuah foto yang khusus dia temple di pintu kamar tidurnya. Pikiran Dek Chuik seketika melayang, mengingat masa-masa indahnya bersama Mira. Air matanya tidak terasa mulai menetes. Iya 5 tahun yang lalu, Dek Chuik dan Mira pernah mengucapkan janji sehidup semati. Sungguh menjadi masa yang indah sewaktu duduk di bangku SMA.

Dek Chuik yang baru selesai menjalani MOS di salah satu SMA Swasta itu berkenalan dengan gadis yang berkulit putih dan wajah menawan. Tanpa sungkan Dek Chuik meminta nomor Hp Mira yang kemudian menjadi awal kisah cintanya. Mira yang masih trauma mengendarai motor akibat pernah jatuh, setiap hari dijemput dan diantar pulang oleh Dek Chuik.

“Mir mumpung hari ini tidak belajar karena persiapan Ultah sekolah, kita main-main kehutan mangrove yuk”. “Iya terserah dek saja mau ngajak Mira kemana” jawab Mira dengan raut muka yang ceria. Perjalanan ke hutan mangrove dari Jalan Kamboja tentu menjadi perjalanan yang singkat bagi Dek Chuik dan Mira. Maklum sepanjang jalan mereka saling tertawa dan tidak tertinggal kedua tangan Mira melingkar dipinggang Dek Chuik.

Hutan mangrove menjadi saksi disaat Dek Chuik dan Mira kembali mengucap cinta dan kata setia yang diakhiri dengan pelukan dan ciuman. Burung-burung berterbangan seolah memberikan restu atas persatuan dua insan yang di mabuk cinta.

Hari demi hari Dek Chuik berusaha menjaga cintanya, bahkan rela membuatkan segala tugas sekolah Mira. Ketika akhirnya 3 tahun masa putih abu-abu itu akan berakhir. Dek Chuik dan Mira sama-sama lulus dengan nilai yang memuaskan. Merayakan keberhasilannya Dek Chuik dan Mira mengisi dengan pergi ke kebun raya Bedugul. Sepeda Vario melaju dengan mulus melewati liukan jalan menajak. Hawa dingin terasa hangat karena sepanjang waktu dihamparan rumput ditengah-tengah kebun raya, tubuh dua insan ini tidak pernah terlepas.

Namun ketika perjalanan pulang, raut muka Dek Chuik terasa tegang. Mira telah menyampaikan bahwa akan melanjutkan kuliah dan ketika Mira bertanya “Dek, km mau kuliah dimana? Ngambil jurusan yang sama yuuk?” Dek Chuik diam seribu bahasa. Dek Chuik masih teringat kata-kata bapaknya yang menyuruh langsung bekerja, karena sudah tidak mampu menanggung biaya kuliah.

Sampai sebulan kemudian Dek Chuik masih belum memberikan jawaban apakah akan kuliah atau tidak kepada Mira. Dek Chuik malu harus berterus terang tidak mampu kuliah. Dia hanya menjawab “Nantilah aku mendaftar, saat ini masih mencari jurusan yang pas” ketika Mira terus bertanya.

Bulan September 2014 pun tiba, Mira dengan pakaian hitam putih memulai aktivitas perkuliahannya dengan kegiatan OSPEK. Beragam tugas yang harus dibuat dan barang-barang yang dibawa semua terasa mudah ketika sudah dibantu oleh Dek Chuik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun