Mohon tunggu...
I Ketut Guna Artha
I Ketut Guna Artha Mohon Tunggu... Insinyur - Swasta

Orang biasa yang suka kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Demo Hak Demokrasi, Perbanyak Literasi

10 September 2022   18:50 Diperbarui: 10 September 2022   20:36 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam sejumlah diskusi WAG saya pernah menyampaikan pada tanggal 7 Juli 2022 merespons kunjungan diplomasi Presiden Jokowi untuk bertemu Presiden Zelensky dan Presiden Putin.

Walaupun belum tentu diplomasi Indonesia berhasil akhiri perang namun sejarah akan mencatat bahwa Indonesia telah mengambil inisiatif dalam mengupayakan perdamaian dunia.

Sepanjang "keinginan" Rusia tidak terpenuhi maka tidak ada yang menjamin perang kapan berakhir.
Rusia (Uni Sovyet) memiliki pengalaman berperang puluhan tahun tentu sudah berhitung dengan segala resiko-resiko terburuk yang dia hadapi.

Tanpa menggunakan senjata nuklirpun, cepat atau lambat sejumlah negara akan dibuat bangkrut akibat resesi/krisis ekonomi dampak perang berkepanjangan.

Dan terbukti saat ini perang masih berlangsung dan dampaknya akan semakin luas menumbangkan perekonomian negara-negara di dunia.

Kita masih punya harapan setidaknya tindak lanjut dari diplomasi Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia pada forum pertemuan puncak G20 yang akan diselenggarakan Nopember 2022 di Bali. Tentu kita berharap besar ada hasil dengan kesepakatan untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
Jika tidak bisa didamaikan, entahlah apa yang akan terjadi selanjutnya di 2023.

Serangan Rusia ke Ukraina tidak hanya berdampak pada krisis kemanusiaan, tetapi juga ekonomi global. Dunia pun ikut merasakan efek pertumbuhan yang lebih lambat dan inflasi yang lebih cepat akibat perang tersebut.

Berdasarkan data International Monetary Fund (IMF), Rusia dan Ukraina adalah produsen pangan dan energi.
Perang tersebut menyebabkan harga energi melonjak, terutama minyak dan gas alam. Harga energi naik di seluruh Eropa seiring kenaikan harga gas akibat pasokan dari Rusia terhambat.
Harga pangan berbahan dasar gandum juga melonjak karena Ukraina dan Rusia sebagai menyumbang 30% dari ekspor global.

Menurut data Statistik Belanda (CBS) dampak perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan inflasi Belanda naik ke rekor tertinggi 12% pada Agustus 2022 dari 10,3% pada Juli. Harga energi melonjak 151%.

Negara dengan ekonomi terbesar di Eropa, Jerman mengumumkan paket dana senilai 65 miliar euro atau setara Rp 961,2 triliun untuk mengurangi ancaman kenaikan biaya energi.
Sementara Indonesia yang hanya seperempat GDP Jerman telah mengalokasikan subsidi BBM sebesar 502 triliun.

Berikut urutan negara G20 berdasarkan GDP per tahun 2020:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun