Mohon tunggu...
I Ketut Guna Artha
I Ketut Guna Artha Mohon Tunggu... Insinyur - Swasta

Orang biasa yang suka kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pancasila Harus Menjadi Ideologi yang Hidup

1 Juni 2020   17:40 Diperbarui: 1 Juni 2020   17:35 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Organisasi kemasyarakatan (ormas) yang berwatak Marhaenis, Humanis, Progresif dengan ciri budaya gotong royong, Barisan Penegak Trisakti Bela Bangsa (Banteng Indonesia) lahir pada tanggal 20 Oktober 2011 ketika situasi saat itu bangsa Indonesia menghadapi degradasi nilai-nilai kebangsaan, gejala menguatnya kelompok sektarian dan primordialisme, eksklusifisme dengan dalih kebebasan demokrasi serta tren perkembangan lompatan teknologi informasi yang dampaknya kita rasakan hari ini.

Hasil survey menunjukkan bahwa intoleransi, radikalisme telah mengkooptasi hingga intelektual kampus dan aparatur sipil negara.

Suburnya praktek aktifitas gerakan sektarian dan primordial yang telah masuk ke dunia kampus (intelektual) dan birokrasi serta gerakan-gerakan intoleran dalam kebebasan beragama adalah ancaman persatuan dan disintegrasi bangsa.

Di media sosial marak penghasutan/provokasi, ujaran kebencian, penghinaan simbul-simbul negara serta penyebaran berita hoaks. Jika tidak ditangani dengan serius maka akan menjadi gangguan kamtibmas dan stabilitas politik. Padahal stabilitas politik dan kamtibmas adalah syarat mutlak keberlangsungan pembangunan dan ekonomi.

Bagaimana bangsa kita membangun human capital jika pikiran terus menerus diracuni permusuhan dan kebencian?

Oleh karena itu menjadi tanggungjawab moral ormas Banteng Indonesia untuk senantiasa terus menerus secara proaktif mengambil peran dalam mewujudkam kehidupan berbangsa yang harmoni dalam kemajemukan serta membangun optimisme untuk Indonesia yang semakin maju.

Generasi muda atau milenial adalah harapan bangsa ini sebagai penerus generasi tua. Oleh katena itu saya mengajak mereka belajar sejarah bangsa dengan benar. Jika tidak, maka tidak akan tahu tujuan kita bernegara.

Sebelum Indonesia merdeka tepatnya 1 Juni 1945, Sukarno menyampaikan gagasan pemikiran untuk dijadikan dasar atau pondasi filosofis Indonesia merdeka yang digali dari kearifan budaya masyarakat Indonesia yaitu Kebangsaan, Perikemanusiaan, Mufakat/Demokrasi, Kesejahteraan sosial dan Ketuhanan yang berkebudayaan yang beliau sebut Pancasila.

Kemudian oleh panitia 9 (Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Achmad Soebarjo, Mohammad Yamin, H. Agus Salim, KH. Wachid Hasyim, Abdoel Kahar Moezakir, Abikoesno Tjokrosoejoso, Alexander Andries Maramis) dirumuskan menjadi Pancasila dengan redaksi dan susunan yang kita jumpai saat ini sebagai ideologi negara. Lalu bersama UUD 1945 disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia.

Apakah kemudian Indonesia yang baru lahir tersebut langsung bisa menyelesaikan persoalan?

Pemerintahan Sukarno saat itu harus berhadapan dengan berbagai persoalan diantaranya mengalami Agresi Militer Belanda 1947/1948, pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) 1948, pembentukan Republik Indonesia Serikat 1949, pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) 1950, pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) 1949/1953, pembentukan negara Uni Indonesia Belanda 1950/1956, pemberontakan PRRI/Permesta 1957, gagalnya Konstituante hasil Pemilu 1955 menyempurnakan UUDS 1950 yang diakhiri dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun