Tulisan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester. Mata Kuliah Islam dan Pengetahuan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sains menurut UU No.2 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS) bahwa pengertian sains adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang ada dalam Undang-Undang dijelaskan bahwa pembelajaran sains (ilmu pengetahuan alam) diberikan pada jenjang pendidikan yang terdapat di Indonesia (SD/MI,SMP/MTS, maupun SMA/SMK baik negeri maupun swasta).
Dari pengertian sains menurut Undang-Undang diatas terlihat jelas bahwa negara menyebutkan bahwa sains tidak dapat dipisahkan dari segala macam aspek, baik itu sosial maupun agama, dan disetiap kegiatan yang manusia jalani dan kerjakan.
Kita harus menyadari bahwa kita hidup di tengah maraknya perkembangan teknologi yang dimana teknologi tersebut pada umumnya didapatkan dari ilmu pengetahuan alam (sains), sehingga sudah menjadi kodratnya kita tidak dapat menolak perkembangan zaman yang semakin hari semakin pesat ini.
Kita sebagai manusia yang merupakan cipataan Allah SWT pasti mengetahui bahwa semua yang ada dimuka bumi ini adalah milik allah, yang dimana sudah menjadi hakekatnya pula ilmu di dunia ini merupakan ilmu yang diberikan oleh Allah SWT kepada hambanya yang ingin mendaptkan ilmu tersebut.
Sehingga pembahasan kita sekarang ini adalah tentang integrasi atau tentang pembauran ilmu sains dengan pembalajaran-pembelajaran yang di dalam Islam, sehingga dua ilmu tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat, yang dimana kita akan menyadari bahwa ilmu eksak ini tidak dapat dipisahkan dengan agama islam
Banyak perbedaan dari kedua ilmu ini, contohnya dalam hal karakter, karakter sains memiliki variable terbatas, terkait dengan fisik dan objek yang spesifik, maka kajian kealaman lebih objektif dari pada ilmu sosial-humaniora yang multi-variabel, non-fisik dan multi-objek sehingga kajiannya lebih subjektif.
Terdapat alasan mengapa islam sangat tertinggal jauh dari perkembangan ilmu sains-sosial ini. Alasannya adalah bahwa pendidikan islam dulu merupakan pendidikan yang menerapkan paradigma keilmuan dikotomik, maka jika kita masih menerapkan paradigma keilmuan dikotomik akibatnya akan semakin tertinggal dalam ilmu-ilmu kealaman dan sosial modern.
Oleh karenanya upaya integrasi dan reintegrasi terus menerus menjadi tuntutan bagi usaha mengejar berbagai ketertinggalan ilmu pengetahuan yang sampai saat ini belum berpihak pada dunia Islam.
Dengan demikian integrasi keilmuan agama dengan sains-sosial bukan saja merupakan keniscayaan melainkan sesuatu yang secara riil-alami adalah bagian dari kehidupan. Selain itu, sekian banyak teks keagamaan dalam al-Qur'an maupun Hadis yang memotivasi dan memuat prinsip, dasar, serta nilai-nilai ilmu pengetahuan.