Mohon tunggu...
ikawahyu zanisha
ikawahyu zanisha Mohon Tunggu... Mahasiswa - untuk pemenuhan tugas kuliah

do more

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Minoritas dalam Keberagaman

11 Maret 2021   18:26 Diperbarui: 11 Maret 2021   18:39 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kepercayaan kejawen di pulau jawa yang menjadi minoritas dalam keberagaman agama yang ada di Indonesia

Haii gaiss!!!

Ketemu lagi nih di artikelku, sekarang ini aku akan membahas tentang kepercayaan. Disini, aku akan mengambil topik tentang kepercayaan kejawen yang ada di pulau jawa. Kepercayaan ini, merupakan kepercayaan yang minoritas penganutnya, namun juga tidak bisa dikatakan sedikit. Sebelumnya, aku akan sedikit menjelaskan tentang apa yang dinamakan kejawen tersebut. Nah, kejawen merupakan kepercayaan atau pandangan hidup yang di anut oleh etnis yang terutama di daerah pulau jawa. Kejawen ini didasari oleh ajaran agama yang di anut oleh filsuf dari jawa. Perlu diluruskan, walaupun kejawen merupakan sebuah kepercayaan namun kejawen bukan termasuk di dalam agama. Kejawen sendiri lebih mengutamakan ajarannya tentang tata krama atau dalam aturan dalam menjalani kehidupan. Kejawen lebih menjurus ke seni, tradisi, budaya, sikap, ritual, dan spiritualisasi yang dimiliki oleh etnis yang ada di pulau jawa.  

Dalam artikelku kali ini, aku sudah megumpulkan beberapa informasi yang aku dapatkan dari ibu ngantimah di desa sukopuro yang merupakan salah satu penganut dari kepercayaan kejawen ini. Disini, aku akan membahas tentang islam kejawen, karena kepercayaan kejawen sendiri dapat dibagi menjadi hindu kejawen, budha kejawen, kristen kejawen, dan islam kejawen. Menurut ibu ngantimah, kepercayaan kejawen merupakan kepercayaan yang memadukan kepercayaan asli masyarakat jawa yaitu animisme dan dinamisme dan kepercayaan pendatang seperti hindu, budha, kristen, dan juga islam. Kepercayaaan ini terbentuk di kalangan etnis di pulau jawa dengan perpaduan antara kepercayaan dan agama tersebut.

Menurut ibu ngantimah, orang - orang yang menganut kepercayaan kejawen ini merupakan orang yang taat dalam agamanya. Kepercayaan kejawen sendiri memiliki inti dari ajarannya yang biasa disebut dengan "sangkan paraning dumadhi" yang memiliki arti "dari mana datang dan kembalinya hamba tuhan".

Kepercayaan kejawen banyak dikenal karena tradisinya yang banyak diikuti oleh masyarakat. Beberapa tradisi yang disebutkan oleh ibu ngantimah yaitu mitoni, tedhak sinten, nyandran, dan wetonan. Mitoni adalah tradisi yang dilakukan bagi wanita yang sedang mengandung 7 bulan, orang - orang lebih mengenal dengan bahasa 7 bulanan. 

Dalam pelaksanaan tradisi mitoni tersebut, diadakan siraman dan juga dilakukan doa agar lancar dalam persalinan dan agar calon bayi menjadi pribadi yang baik kelak. Yang kedua yaitu tradisi tedhak sinten, tradisi ini adalah tradisi yang dilakukan saat anak mulai belajar untuk berjalan. 

Tradisi ini digelar untuk mengenalkan anak pada alam (anak dibiarkan berjalan di atas tanah) dan juga sebagai bentuk rasa syukur karena anak sudah mulai dalam belajar berjalan. Yang ketiga yaitu tradisi nyandran, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat etnis yang ada di jawa sebagai salah satu bentuk bakti kepada leluhur. 

Tradisi ini dilakukan dengan melakukan bersih - bersih area makam leluhur yang dilakukan sebelum ramadhan. Masyarakat atau etnis yang ada di jawa menyebut bulan ramadhan dengan sebutan bulan ruwah, sehingga tradisi nyandran sendiri juga ada yang menyebut dengan tradisi ruwahan. Tradisi ini dipercaya sebagai salah satu bentuk bakti kepada leluhur yang sudah mendahului kita, sehingga tradisi ini dilakukan dengan cara membersihkan makan dan juga tidak lupa menabur bunga juga di area makam. 

Di pulau jawa, tradisi ini dilakukan dengan beberapa cara, ada yang membawa makanan hasil bumi juga dalam melakukan tradisi ini untuk dimakan saat selesai membersihkan makam dan juga telah selesai menabur bunga. Di setiap daerah tradisi ini dilakukan dengan cara yang berbeda - beda. Namun didaerah sini, cukup dilakukan dengan cara membersihkan makam dan menabur bunga saja, untuk makan hasil bumi dilakukan di rumah masing - masing. Yang ke empat yaitu tradisi wetonan, tradisi ini dilakukan untuk memperingati hari lahir oleh masyarakat jawa. 

Tradisi wetonan biasanya dilakukan ketika bayi berusia 35 hari, pada hari ke 35 tersebut keluarga bayi akan mengadakan acara yang disebut dengan nyelapani. Latar belakang wetonan didasari oleh kepercayaan etnis jawa bahwa harus menghormati sedulur papat. Sedulur papat sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk penyebutan air kawah (air ketuban), plasenta (ari - ari), darah, dan tali pusar. Air ketuban dianggap sebagai kakak dan plasenta dianggap sebagai adik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun