Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berwisata dengan Angkutan Umum

18 Februari 2016   14:41 Diperbarui: 18 Februari 2016   14:56 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="suasana di dalam angkum"][/caption]Bila bicara tentang angkutan umum (angkum) yang menyiksa, mungkin angkum model ini adalah salah satu juaranya dan layak mendapatkan medali emas 24 karat(an). Ada beberapa model angkum darat yang pernah saya tumpangi, dari bis Damri merk Mercy Tata dengan segala kehingarbingaran pedagangnya, kereta api ekonomi (beberapa tahun yang lalu) dengan pasukan kecoaknya, delman dengan kuda yang kadang ngamuk karena bete di suruh terus puasa, elf antar kota yang dikemudikan ugal ugalan secara luar biasa, angkot yang punya hobi ngetem dimana saja, sampai ojek yang pengemudinya bau ketek gak pake re**a.

Seorang teman menyebutnya Tazmania, di adaptasi dari tokoh kartun teman satu genk nya Bugs Bunny yang selalu berjalan dengan kecepatan tinggi dan bergaya zig zag. Yap, angkum ini memang Tazmania sekali, walaupun gak sedevil teman dari Axl dan Bull itu. Angkum berjenis Mitsubishi Colt ini interiornya banyak yang sudah out of date dan kadang bebauan aneh menguar daripadanya.

Banyak hal yang membuat angkum ini terasa begitu menyiksa, diantaranya adalah :
Kebiasaan ngetemnya. Beberapa kali naik angkum ini, saya dipaksa untuk duduk gelisah menunggu penumpang lain, kadang sampai memakan waktu setengah jam an. Mana gak ada suguhannya lagi, berondong atau kalua* gitu lah.

Pak supir dan calo sama sama suka PHP in penumpang, mereka kadang duduk di depan stir secara bergantian lalu menyalakan mesin mobil, maju mundur kayak penggalan judul film warkop.

Suka bohong bohongin penumpang dengan kata "nyodok", padahal apa yang di sodok, bola bilyar? Kadang malah kena sodok angkum yang datang entah dari mana.

Penumpangnya diperlakukan bagai ikan pindang, ditumpuk tumpuk gak karuan. Di bagian depan bisa diisi empat orang, di tengah kadang ada yang sampai duduk lesehan, tinggal ditambahin nasi sebakul dan oseng oseng mercon, pasti udah kayak suasana Jogja yang selalu dirindukan.

Musiknya? Ada sih yang musiknya kalem ala Ebiet G Ade sama D'Lloyd, tapi ada juga yang kurang asem yaitu musik panturaan dengan bahasa oplosan eh kebalik hihi, ya pokoknya itu deh, dan dibunyikan sekeras kerasnya seakan seisi angkum sedang menghadiri acara kawinan. Mending kalo suara yang dihasilkan jernih seperti komposisinya Kitaro, lha ini butek kayak kubangan kuda nil di bonbin sono.

Tapi di setiap kekurangan pasti ada kelebihan, walaupun hanya segede tumilak yang nyelip nyelip ditempat tempat yang tak terduga. Begitu juga dengan angkum ini. Selain kelebihannya berupa penumpang, si angkum yang kebanyakan sopirnya seakan akan jelmaan dari Mario Andretti ini punya kelebihan yang patut di banggakan yaitu jendelanya dapat dibuka lebar lebar sehingga penumpang dapat melupakan bau tujuh rupa yang menyelimuti udara di dalamnya. Yah walaupun kadang kadang bikin masuk angin juga sih. Kelebihan yang berujung malapetaka, bukan termasuk kelebihan ya hehe.

Nah, ada satu yang lucu di salah satu Tazmania yang pernah saya naiki. Mungkin saking sadar dirinya bahwa sering ada bebauan tujuh rupa, sang supir memasang banyak sekali pewangi ruangan di seantero kendaraannya, dari yang di tekan sampai yang digantung. Belum cukup dengan itu, pak supir yang tatoo nya udah kayak motif gamis jersey itu pun menyediakan satu kaleng pewangi spray di atas dashboard mobilnya.

Bila sekiranya ingin merasakan semua sensasi mengasyikan dari angkum ini, silahkan berwisata ke Ciwidey Bandung dengan menggunakan transportasi umum. Anda akan menemukan Tazmania yang berjajar manis di terminal atau alun alun Soreang dalam rangka menunggu penumpang.

Angkum ini akan memberikan pengalaman yang sangat mengharukan, eh salah, maksudnya menyenangkan yang dapat di ceritakan kepada anak cucu kita kelak.

*kalua : sejenis camilan yang terbuat dari kulit jeruk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun