Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Skincare Itu Penting Gak Sih?

26 Mei 2021   21:19 Diperbarui: 26 Mei 2021   21:26 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : boldsky

Salah satu bahan pembicaraan mamak-mamak saat kumpul-kumpul adalah perawatan.  Perawatan wajah ya bukan perawatan jalan, itu mah obrolan DPUPKP alias Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman.

Nah, biasanya bila pembicaraan sudah sampai ke nama-nama dokter dan klinik kecantikan saya hanya bisa ketap-ketip di pojokan lalu berseru di depan toa embatan, "Mayday Houston, I have a problem."

Lha ya iya, sampai sekarang saya gak pernah mencicipi sebuah perawatan wajah nan mevvah di kursi-kursi dokter aesthetic atau pun klinik kecantikan, paling banter ke dokter kulit periksa dermatitis kambuhan, haha, merana sekali hidup ini.  

Disamping harus merogoh kocek sedalam galian sumur sibel, saya orangnya gak sabaran sehingga gak betah berlama-lama duduk diam. Pernah sih dua kali duduk diam kayak patung Ganesha waktu rebonding rambut, itu pun bawaannya pengen mencelat, dah kayak pilot pesawat jet tempur yang kena tembakan rudal hipersonik kinzhal.

Saat remaja saya minim memakai skincare.  Ya, bila anak SMP masa kini sudah mulai memakai skincare ini itu, saya mah boro-boro. Mending uangnya buat beli lumpia basah, ekekekekek. Dulu mikirnya gak pake skincare juga gapapa, wajah ini gak bakalan jadi hutan belantara.

Padahal kala itu kulit wajah saya agak bermasalah, kerap ada bercak putih yang menganggu,  kalau bahasa jawanya buras atau balas bogo in sundanese. Kemungkinan itu adalah dermatitis atopik atau pitiriasis alba yang disebabkan alergi,  mungkin ya karena gak ke dokter juga sih kala itu.

Waktu SMP sih masik cuek bebek, lha sudah SMA lain cerita. Bercak putih itu masih kerap muncul dan bikin gegana.  Namun kegalauan saya gak pake lama karena seorang tetangga memberi tahu solusinya dan ternyata cucok meong di kulit saya.  Ya, senjata pemusnah masal itu adalah pelembab wajah berwadah beling dan bertutup alumunium.

Setelah kuliah ada kemajuan lah, itu pun karena kulit wajah sempat mengalami cobaan berat seperti mengelupas dan gosong sepulang kegiatan latihan dasar kemiliteran.  

Namanya juga seharian beraktivitas di luar ruangan dan panas-panasan tanpa tameng sunscreen, ya jadi amburakral deh bawaannya. Nah, saat itulah saya sadar bahwa skincare itu penting biar gak belang-belang kayak warna bulunya Marty si kuda zebra di film Madagascar.

Tapi dasarnya kulit wajah ini bandel maka cukup dengan pemakaian masker telur/masker bengkuang, pelembab, dan bedak dingin saripohatji semua kelar dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Lain lagi saat telah bekerja, sudah punya uang sendiri dong jadi bebas merdeka bila mau beli ini dan itu termasuk seperangkat produk skincare.  Tapi karena pembosan,  gonta-ganti merek menjadi jalan ninja saya. Untung saja kulit wajah gak sensitif jadi gak menimbulkan masalah. Rangkaian pelembab, cleanser, dan toner menjadi andalan tapi karena pemalas, saya tinggalkan cleanser dan toner sehingga hanya tinggal facial wash saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun