Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ken dan Pintu yang Hilang

3 Agustus 2020   16:42 Diperbarui: 3 Agustus 2020   17:40 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah dari www.pexels.com

"Terima kasih ya, kamu sudah mau terlibat. Di satu sisi aku merasa bahagia tapi di sisi lain aku merasa berdosa." Ucap Ryu sambil menerima gitar yang Ken ulurkan kepadanya.

"Sudahlah kawan, jangan pernah membicarakan ini lagi. Berjanjilah." Ken menatap temannya tajam yang membuat Ryu harus mengangguk berkali-kali.

***

Lima tahun pun berjalan dengan gempita kesuksesan bagi band yang dimotori oleh Ken, Ryu, Hiro, dan Yuki itu.  Perjalanan karir band yang didirikan oleh Ryu dengan awal yang terseok kini tengah berada di puncak kegemilangannya.

Kehadiran Ken telah merubah segalanya. Ken adalah nafas band mereka. Pemuda itu tak hanya menulis banyak lagu yang selalu menjadi nomor satu, ia pun menjadi  energi pendorong ketika kawan-kawannya tengah berada dalam kungkungan kebosanan.

Namun semua keberhasilannya itu kini terasa hambar. Ken tak bisa membagi semua kebahagiaan dengan keluarganya. Ia sangat rindu kepada ibu, kakak, bahkan ayahnya yang telah mengusirnya dari rumah.  

Setiap kali bandnya akan diganjar penghargaan di panggung-panggung besar, Ken selalu mengirimkan undangan kepada keluarganya.  Namun entah sudah berapa undangan yang Ken kirimkan dan tak ada satu pun yang bersambut.

"Pergilah, ketuk pintunya." Ryu menghentikan kendaraan yang mereka tumpangi di seberang jalan rumah orang tua Ken.
Ken diam, matanya tak lepas dari rumah yang bentuk dan rupanya masih sama seperti lima tahun lalu itu.

"Ken?"
Ken menggeleng. "Ayo pergi dari sini, pintunya masih hilang."

***
Semua yang hadir di acara musik tahunan bergengsi itu berdiri memberikan aplaus yang panjang kepada empat orang yang berdiri di panggung atas gelar band paling berpengaruh di negerinya itu.  Ryu mengarahkan standing microphone ke hadapan Ken namun pemuda itu menggeleng.

Kali ini Ken enggan mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Biasanya dengan menggebu ia akan berterima kasih kepada orang-orang yang telah membuatnya menjadi seperti sekarang ini termasuk kepada orang tuanya walaupun meja yang disiapkan untuk mereka tak kunjung berpenghuni. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun