Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yakin Mau Ditato?

4 Agustus 2018   16:50 Diperbarui: 4 Agustus 2018   17:03 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pinterest

Wah ada kabar gembira nih dari Dik Justin Bieber, tak lama lagi pelantun tembang Beauty and A Beat itu akan melepas masa lajangnya dengan mempersunting seorang model bernama Hailey Baldwin. Seperti baru kemarin, saya melihat penyanyi asal Kanada ini berjingkrakan di atas panggung dengan mempertontonkan wajah imutnya yang pasti membuat babang tamvan mati gaya. Dan sekarang, si imut-imut itu tengah sibuk dengan tetek-bengek persiapan pernikahan seperti menentukan lokasi, undangan, dan tentu saja katering.

 Nah, dari semua kabar tentang rencana pernikahannya, ada satu hal yang menarik, Hailey yang merupakan putri dari aktor Stephen Baldwin itu gosipnya tidak terganggu dengan tato wajah Selena Gomez yang masih mejeng di lengan Bieber. Tidak apa belum ya

Seperti yang diketahui oleh khalayak ramai, Selena Gomez adalah mantan kekasih Bieber. Sebelumnya mereka sangat lengket bagai perangko dengan amplopnya dan saking termehek-mehek dengan perasaan cinta yang menggelora kepada Selena, pemuda itu pun membuat tato  wajah gadis itu sebagai tanda cinta yang dalam sedalam sumur galian tetangga.  

Ya,  saat itu mungkin Bieber ingin menunjukkan bahwa ia yakin seyakin-yakinnya kepada artis cantik jebolan Mickey Mouse Club itu.  Namun waktu berkata lain, seonggok tato tidak membuat Bieber tetap yakin kepada cintanya. 

Lengan Beiber yang berhias wajah Selena Gomez/kapanlagi
Lengan Beiber yang berhias wajah Selena Gomez/kapanlagi
Ah, tato, mendengar kata seni merajah tubuh itu ingatan saya selalu terlempar ke masa-masa yang telah silam, masa dimana seorang tetangga dengan hati gundah gulana menghapus sebuah tato yang bertengger di dadanya dengan sebuah setrika yang telah dipanaskan.  

Horor ? Gak juga sih, namun akan terasa berbeda bila setrikanya masih terhubung dengan stop kontak pasti bakal horor-nya tingkat Stephen King deh,  bisa-bisa pelaku dan saksi mata langsung pingsan gak bangun-bangun.   Saat itu saya yang masih imut-imut kombinasi amit-amit itu bertanya-tanya, mengapa sudah capek-capek membuat tato kok dihapus kembali, kan kurang kerjaan sekali ya.  

Pertanyaan saya pun langsung di jawab oleh ibu, bahwa si Om tetangga sebelah itu takut menjadi korban petrus, petrus ya penembak misterius bukan Petruk itu mah saudaranya Gareng dan Bagong, lha kok jadi Ria Jenaka.   Si Om ini dulunya memang berjalan di jalan yang salah tapi sudah kembali ke jalan yang benar ala-ala Kenshin Himura gitu deh.

Ya,  tahun 1980-an pria bertato dan berambut gondrong kerap dicap sebagai preman atau penjahat.  Di zaman orde baru itulah citra tato yang ekspresif menjadi buruk di mata masyarakat.  Mengapa? Karena dulu tato memanglah identik dengan kejahatan. Di Indonesia, tepatnya di zaman kolonial, para penjahat biasanya diberi tanda pada tubuhnya berupa tato yang dibuat dari bentukan besi panas.   

Nah, setelah kita mencecap kemerdekaan, ternyata banyak residivis yang keluar masuk penjara menato tubuhnya.  Kabarnya tato-tato itu mereka buat untuk menunjukkan keberanian, kejantanan, dan sebagai identitas kelompok. Saat itu tercatat  5.000- 10.000 orang yang dicurigai sebagai preman yang sebagian besar memiliki tato, tewas mengenaskan di tangan para petrus.

Sebenarnya tato memiliki akar budaya tersendiri, penemuan jejak tato tertua di dunia adalah berupa 50 buah tato yang dirajahkan di kulit mumi yang ditemukan di wilayah Otztal, dekat Hauslabjoch, perbatasan Austria dan Italia. Muminya sendiri diperkirakan berusia 5.300 tahun. 

 Nah, di Indonesia suku Mentawai adalah suku yang sangat lekat dengan seni merajah tubuh ini yang diperkirakan telah ada sejak tahun 53 sebelum masehi.  Tato dalam masyarakat Mentawai berkaitan erat dengan lambang keseimbangan alam, nilai spiritual, dan sistem kemasyarakatan seperti tempat tinggal, suku asal, serta profesi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun