Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jangan Ada Kata Untung dan Rugi Ketika Menyelenggarakan Hajatan

15 Juli 2018   13:39 Diperbarui: 16 Juli 2018   12:38 3380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : barangkawin.com

"Khitanan."

"Siapa yang hajat?"

"Saya, nama teteh siapa?" Dia siap-siap menulis di atas selembar undangan berwarna ungu.

Saya diam terpana sambil melihat warna lipstik gonjreng di bibirnya. Mau ngundang kok gak tahu nama yang diundang, nanya langsung ke yang bersangkutan lagi, sudah seperti  pak hansip menginterogasi maling yang ke gap di pos ronda aja, begitu pikir saya.

Nampaknya dia sudah tak sabar dengan aksi diam saya, dengan tangkas ia pun menuliskan kata "Teteh" di atas undangan tersebut lalu meletakkannya di pagar tembok.

"Rumah saya di situ teh, di belakang klinik."

Saya masih diam disertai rasa bingung yang masih bercokol dengan setia padahal gak mengkonsumsi pil glauseta.

"Saya tulis "Teteh" aja ya, nanti ada hiburannya juga da teh." Dia pun kabur tanpa permisi meninggalkan saya yang masih putar otak untuk menemukan jawaban "Siapakah gerangan dirinya yang mengundang saya padahal kenal pun tidak". Dengan kepala yang masih dipenuhi teka-teki, saya pun hanya bisa tertawa tersedu-sedu, sungguh momen yang "ya ampun banget".

Saya tidak tahu pasti apa yang berkecamuk dalam pikiran ibu muda yang sampai sekarang belum saya tahu dimana rumahnya itu. Terkadang pikiran negatif melintas begitu saja. Mungkin dia mengundang saya hanya untuk menghabiskan kartu undangan saja secara nama saya pun ia tak tahu. 

Sayang kan sudah mencetak ratusan kartu undangan seharga beberapa ribu rupiah perlembarnya bila tidak dihabiskan semua, rugi bandar. Tapi saya hapus pikiran negatif itu, mungkin dia hanya ingin berbagi kebahagiaan, dengan orang yang tak dikenal sekalipun.

Di kampung saya, ada beberapa orang yang menganggap bahwa berbagi kebahagiaan dengan menyelenggarakan acara hajatan itu ada itung-itungannya. Kalau sudah begini, makna syukuran pun menghilang seiring dengan itung-itungan laba rugi tersebut. Padahal sejatinya hajatan sendiri adalah ajang pesta atau perayaan untuk mensyukuri momen-momen bahagia yang terjadi dalam hidup yang notabene sifatnya berbagi tanpa syarat apapun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun