Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Memakai Perhiasan Emas, Antara Kemakmuran dan Bahaya

1 Februari 2018   16:38 Diperbarui: 2 Februari 2018   08:39 1955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:www.harnas.com

Beberapa hari lalu, ibu pemilik toko sebelah curcol tentang salah seorang konsumennya. Saya yang sudah pasang kuda-kuda mau kabur dengan kecepatan setara Tazmania Devil langsung diam ditempat ketika beliau mencengkram lengan saya. Bagai di totok raga oleh Nyi Sinto Gendheng, saya tak berkutik dibuatnya

Ternyata beliau khawatir kepada seorang ibu yang kerap berbelanja di tokonya. Bukan karena urusan utang piutang yang kerap menjadi dilema para pemilik toko atau warung, namun karena perhiasan emas yang di pakai oleh sang ibu yang cetar mandraguna eh membahana. 

Kalung dengan liontin sebesar velg becak, gelang yang melilit lengan bagai ular boa membelit mangsa, giwang berbentuk parabola yang tersembul dari sebagian telinga yang tak tertutup turban, dan barisan cincin dengan berbagai model overlapping di jemari. Ibu toko merasa takut bila suatu saat ada kriminil yang ngeces seember melihat perhiasaan bernilai jutaan rupiah menclok di tubuh wanita setengah baya yang tak menguasai jurus-jurus mematikan ala karateka.

Pikiran jahat langsung menguasai otak saya bahwa bisa jadi Ibu toko sebelah sirik dengan pelanggannya bukan Oki, Juwita apalagi Ratu Nirmala. Sirik karena tidak memiliki perhiasan seramai komidi putar yang berputar-putar di matanya.  Namun dengan ajian serat jiwa yang dilancarkan Brama Kumbara, pikiran jahat saya pun hilang seketika ditambah dengan dua berita mengejutkan yang baru mampir di telinga tentang penjambretan terhadap ibu-ibu yang memakai perhiasan emas berlebihan di kampung saya.  Perhiasaan emas bernilai jutaan rupiah raib digondol para jambret di siang hari bolong. Untung saja tidak sampai ada korban jiwa.

Perhiasaan terutama yang terbuat dari emas kuning bukan emas putih apalagi emas Parjo, kalau itu tukang bakso, sangat dekat dengan kaum wanita kebanyakan, bukan pria kecuali para rapper di luar sana yang kerap memakai bling-bling segede roda stoom walls.

Bagi sebagian orang, perhiasan emas yang menempel di tubuh tak hanya melengkapi kecantikan namun menjadi acuan kemakmuran.  Hal ini mungkin untuk menunjukkan eksistensi diri. Ketika tak ada satu pun kemampuan yang dapat ia tonjolkan dalam dirinya maka harta lah yang akan menjadi sasarannya.

Beda sekali kan dengan pentolan Microsoft yang kemarin ini baru saja melunasi hutang Nigeria kepada Jepang, Bill Gates. Beliau yang bertahun-tahun menjadi orang terkaya di dunia namun sempat dikalahkan oleh bos Amazon, Jeff Bezos dalam hitungan jam itu, selalu tampil bersahaja seperti halnya memakai jam tangan merk Casio seharga 10 dollar saja. Ehehe sungguh komperasi yang sangat kurang ajar, maafkan.

Memakai perhiasan emas itu wajar, namanya juga wanita. Namun lebih baik secukupnya saja, tidak berlebihan, karena sesungguhnya yang berlebihan itu pasti ada dampak buruknya seperti apa yang didendangkan Vety Vera.

Hidup ini jangan serba terlalu

yang sedang-sedang saja

Karena semua yang serba terlalu

bikin sakit kepala.

Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun