Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja Terakhir (Bagian 4)

18 Januari 2018   16:15 Diperbarui: 2 April 2023   13:31 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Wahyubennywulandari.wordpress.com

Sebenarnya aku ini siapa ?

Kejahatan apa yang telah aku lakukan di kehidupan lalu  sehingga kehidupan masa kini ku terasa sangat menyesakkan dada.

Seperti baru kemarin  ayahku pergi meninggalkan ibuku demi wanita lain, lalu Shia telah jelas-jelas  membohongiku, dan sahabatku Dandy lebih memilih berteman dengan obat-obatan.  

Kini Jed dan Ibu, orang-orang yang sangat aku kasihi pergi meninggalkanku untuk selamanya.  

Cinta dan kasih sayang rupanya telah meninggalkanku secara perlahan.  Aku seakan tenggelam, terombang ambing dalam lautan dalam tanpa ada secercah cahaya yang memanduku keluar.

Rein menutup diary-nya perlahan. Melangkahkan kakinya keluar kamar, mengetuk pintu kamar adik kelasnya Rega dan mengucapkan kata-kata yang hanya mereka tahu maksudnya.  Nara menatap gadis yang tengah memandangi purnama lima belas.  Gadis itu tengah duduk diam beralaskan ember bekas cucian yang ditelungkupkan sedemikian rupa untuk diduduki. 

Wajahnya yang masih muram berpendar ditimpa sinar bulan yang terang. Sejenak Nara merasakan desir halus di jantungnya.

Pemuda itu telah melewati hari-hari yang berat sepeninggal adiknya, tapi gadis di hadapannya telah melewati hari-hari yang lebih berat di banding dirinya.  

Rein telah ditinggalkan oleh dua orang yang sangat ia kasihi secara beruntun. 

Belum usai rasa dukanya terhadap Jed, kini, ibunya lah yang pergi meninggalkannya untuk selamanya.  Nara tidak dapat membayangkan bagaimana rasa yang tengah berkecamuk dalam hati gadis itu.

Pakaian yang baru saja Rein jemur masih meneteskan air secara berkala, tetesannya seirama dengan detak jantung Nara.   Ia masih mematung di ujung tangga yang terbuat dari bilah-bilah papan yang terlihat mengkilap karena sering ditapaki, sementara gadis yang ia tatap masih diam memandangi angkasa yang dihiasi oleh bulan dan bintang yang bertaburan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun