Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lingkaran Lima #13 : Alat Transportasi Bikin Gila Sendiri

31 Agustus 2016   17:14 Diperbarui: 1 September 2016   13:39 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber illustrasi : bandungdiary.id

Bis pun berjalan seperti biasa, alon alon asal kelakon. Gue sih seneng aja kan ada pepatah bilang, biar lambat asal selamat. Padahal bukan itu juga sih, semakin lambat laju bis maka semakin lama gue bisa duduk sebelahan dengan kecengan gue. Bis yang sumpek dan penuh bebauan itu pun berganti menjadi taman bunga di mana Shah Rukh Khan dan Kajol berjoget joget ria. Tapi diantara kesemringahan gue itu tiba tiba ada sebuah suara sumbang yang keluar dari seseorang di depan sana. Seorang pegamen memainkan gitar dengan nada yang gak ngalor gak ngidul gak ngulon gak wetan. Gue terpana, hampir aja gue lempar tu pengamen dengan permen karet yang ada di mulut gue. Tapi gue sadar, di hadapan kecengan harus jaga etika. Kalo enggak nanti gue di tendang lagi ke John Robert Powers buat ikutan sekolah kepribadian. Karena kesel sama si pengamen yang ganggu acara joget joget gue di taman bunga, gue merajuk dong. Gue manyun sambil melambai dan buang muka waktu dia nyodorin topi buluknya di hadapan gue. Eh dasar pengamen kurang kerjaan, dia ngomelin gue.

"Sombong lu, mentang mentang mahasiswa." dia bersungut sungut sementara gue merengut.

Gue kesel, siapa dia yang berani beraninya ngatain gue. Hampir aja dia senasib dengan mister George Bush karena tadinya gue punya niat ngelempar sneakers   gue sebelah kalo aja kecengan gue gak narik tangan ini duluan buat turun dari bis karena perjalanan kami memang sudah finish. Darah tinggi gue mendadak jadi normal 120/80 waktu sadar kalo gue di gandeng sama kecengan yang cetar badai, bukan muhrim sih tapi gak papa kan spontan bukan di sengaja hihi.  Gue berasa melayang sambil tak lupa berdendang bersama mbak Januari Christy. Diantara rasa kheki ternyata terselip keberuntungan yang lumayan bikin hepi.

Turun dari bis, gue harus naik angkot lagi menuju ke kampus. Waktu itu posisi gue udah ada di pintu angkot yang di dalemnya ada senior yang sering ngebully gue bernama Edo, waktu senior gue lainnya yaitu Dadi sedang nangkring di atas motornya sambil teriak di belakang gue.

"Che, ikut gue aja."

Gue balik badan seiring dengan Jappar dan Lia dadah dadah dari motor yang mereka naiki. Well oke, kayaknya seru juga naik motor, bisa kebut kebutan kayak mereka berdua. Lagian angkot yang mau gue naikin tadi bukan angkot favorit juga sih. Haah sayonara goodbye deh buat kecengan dan si senior Edo yang menyebalkan.

Angkot kampus gue terbagi dalam dua model. Jadul dan masakini. Gue sama sobat lingkaran lima gue paling suka naik angkot jadul karena angkot model itu lebih besar dan luas body nya. Pintu nya ada di bagian belakang terbuka lebar. Bangku dekat pintu adalah bangku most wanted. Bila duduk disana, kita bisa merasakan embusan angin sepoi sepoi sambil memandangi wajah kecengan yang sedang jalan keluar gerbang, aih. Selain itu sang angkot adalah slah satu wahana penantang adrenalin. Bagaimana tidak, jalannya lelet bikin ketar ketir kalo kesiangan, suka mogok di jalan, dan kadang harus di dorong rame rame bila ada di tanjakan.

"Che, pegangan, gue mau ngebut." Seru Dadi siap siap take off.

Hidih, ogah, daripada megang Dadi mending megang teguh persatuan dan kesatuan bangsa.

Tapi bagaimana pun juga bukan main senangnya hati gue karena mau di ajak kebut kebutan ala Dani Pedrosa. Apesnya ternyata angan angan gue gak kesampaian, kebut versi Dadi Pedrosi adalah 30 km/jam. Gue tepar dalam kesabaran.

Sampai di kampus gue liat Susan turun dari kendaraannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun