Sebelumnya, saya mau memberikan disclaimer nih. Sebetulnya apa yang saya tulisankan ini bisa jadi sangat tidak mewakili generasi anak 90-an waktu itu. Karena bisa jadi, apa yang saya tuliskan ini adalah murni pengalaman saya yang mungkin tidak dialami oleh anak lain di masa itu.
Sebagai orang yang lahir di tahun 80-an dan masuk generasi 90-an, saya merasakan ada banyak hal yang berbeda saat menjalani bulan suci Ramadan, jika dibandingkan anak saya di masa sekarang.
Jika dievaluasi, kebanyakan perbedaan yang ada itu berasal dari pendidikan agama terutama dari sekolah. Zaman sekarang, banyak anak yang bersekolah di sekolah yang berbasis ajaran Islam. Termasuk anak saya.Â
Untuk itu, dasar keislamannya pun sangat kuat. Ini termasuk kesadaran spiritual para orang tua zaman sekarang yang juga berbeda dengan dulu.
Misalnya saja kemampuan untuk bisa berpuasa sehari penuh. Dulu sewaktu saya kecil, saya baru mampu melakukan puasa penuh saat sekitar kelas 3 SD.Â
Namun berbeda dengan anak saya. Dia bahkan sudah biasa puasa sehari penuh sejak TK besar.Â
Sekali lagi, peran sekolah berbasis keislaman yang cukup banyak sekarang ini menurut saya cukup mengambil peran. Jika anak tidak puasa sehari penuh saja, bisa jadi ada rasa gengsi saat membandingkan diri dengan teman-temannya.
Beberapa pengalaman pribadi saat dulu sewaktu kecil berpuasa yang masih saya ingat sampai sekarang serta terkesan lucu adalah sebagai berikut.
1. Imsak artinya sudah tidak boleh makan minum lagi
Dulu, hampir setiap mushola atau masjid begitu gencar mengumandangkan imsak. Bahkan suaranya dilantangkan dengan nada tegas sebagai peringatan agar semua orang yang harus berhenti makan dan minum.