Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesosok Gadis dalam Cermin Air

15 Mei 2022   10:49 Diperbarui: 15 Mei 2022   10:52 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: dokumen pribadi, taken by Luluk Nuraziza

 "Untuk apa air mata itu kau jatuhkan ke laut? Kerajaan air ini tak membutuhkan tambahan segelintir tetesan air yang asinnya tak sebanding dengan miliknya!"

Mata gadis ber-eye shadow tebal itu menatapku. Tak tajam, namun warna hitam luntur di lingkaran matanya menghujam belati ke arah mataku di balik keredupan sinar matanya.

"Siapa engkau?" gadis itu justru bertanya.

"Aku? Hanya orang yang kebetulan juga sepertimu, sedan g duduk di tepi lautan ini. Dan aku merasa terganggu dengan pemandangan suram yang kau hadirkan di sini."

Sebuah tarikan di sudut bibir kanannya ia berikan demi mengganti tatapan matanya yang ia lempar jauh ke batas imajiner tempat matahari beberapa saat lagi menenggalamkan diri.

"Ia tak pernah menolakku untuk ada di sini. Apakah aku sedang bahagia, ataukah aku sedang merana, ia selalu menerimaku. Toh, kau bukan seseorang yang mengatur kadar asin air laut. Atau, pengatur aba-aba bagi tenggelamnya matahari," cetus gadis dengan rambut terurai setengah kusut akibat permainan angin.

Jujur, aku jengah dengan kehadirannya. Banyak senyum manusia mengurai di sekitarku. Namun sosok gadis di hadapanku ini telah menguarkan aura kelabu dalam keriangan sapuan emas matahari yang sedang berjalan turun.

"Sudahlah! Kita tidak saling kenal. Jadi, pergilah dan carilah orang lain yang bisa kau ganggu!" hardiknya memintaku enyah.

Aku menatap sekali lagi ke arah sosok di hadapanku. Benarkah aku tak mengenalnya? Oh, tidak. Aku sedikit ingat siapa ia sebelum kemudian ia menumpahkan buliran-buliran air mata itu ke lautan. Bukankah ia gadis yang selalu menebar tawa meski orang lain tahu bagaimana ia telah menderita?

"Tidak, aku mengenalmu!" sahutku seusai rentetan bisu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun