Lantas kepada siapa saya dan keluarga harus berterima kasih? Sejujurnya, dulu saya hanya terpikir yang paling besar jasa baiknya dalam memberikan manfaat BPJS Kesehatan kepada orang-orang seperti saya dan keluarga adalah pemerintah. Saya terlupa, jika dalam program BPJS Kesehatan ini ada kekuatan gotong royong orang-orang sehat yang terus membayar iuran kesehatan tapi tidak atau belum menggunakannya.
Analoginya, mirip dengan gotong royong orang desa saat membangun rumah seperti yang tadi telah saya tulis sebelumnya. Saat kita membutuhkan, ada bantuan yang mengalir pada kita. Begitu juga ketika kita sedang tidak membutuhkan, maka giliran kita membantu yang lain.
Pemerintah berperan sebagai pihak yang mengatur arus dana yang terhimpun dan tersalurkan ke mereka yang membutuhkan. Seperti yang telah saya dan keluarga dapatkan manfaatnya. Jika dilogika, bagaimana bisa kami yang baru beberapa waktu menjadi anggota BPJS Kesehatan, langsung dapat merasakan manfaat fasilitas tersebut. Padahal jika dihitung, biaya iuran kami selama tujuh bulan ini masihlah belum sebanding dengan nominal biaya pengobatan yang telah saya dan keluarga dapatkan. Mereka yang sehat dan ikut BPJS Kesehatan lah yang telah menolong orang-orang seperti saya dan keluarga.
Jika Pak Hatta masih hidup, mungkin ia akan senang melihat betapa azas kedaulatan rakyatnya telah menjelma ke dalam bentuk BPJS Kesehatan. Kami yang hidup sekarang ini masih memiliki sanubari gotong royong lho, Pak. Demikian pula dengan Pak Siwabessy yang mungkin akan tersenyum saat angan-angannya mewujud 65 tahun kemudian.
Bahan bacaan:
http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2013/4
Buku Bung Karno vs. Bung Hatta Oleh Wawan Tunggul Alam