Mohon tunggu...
Ika Laila
Ika Laila Mohon Tunggu... Administrasi - meramu kisah

Perempuan biasa yang gemar menulis dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumahku yang Rusak (Part I)

7 Mei 2021   15:00 Diperbarui: 7 Mei 2021   15:01 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Based on true story of myself, ya ini kisahku seorang anak  broken home. Broken home itu artinya rumah yang rusak kan ? bagiku, yang namanya rusak itu ga harus nunggu hancur buat bisa disebut rusak , karena lecet juga bagian dari rusak.  Keluarga adalah tempat pulang, yang mana sejauh apapun aku pergi mereka adalah tempat paling tepat untuk kembali. Tapi jika rumahku tak bisa jadi  tempat pulang yang  tepat kemana lagi aku harus melepas penat.

Januari, 2006

Sejak aku di ajarkan di bangku sekolah bahwa keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak, aku mengerti bahwa aku punya keluarga. Aku punya ibu, ayah, dan satu orang adik laki-laki yang usianya hanya terpaut 3 tahun denganku. Semuanya berjalan baik sampai pada keadaan dimana aku sering merasa iri dan marah saat teman-temanku memamerkan kehebatan ayah mereka. Entah kenapa aku marah, marah semarah-marahnya. Tak ada yang bisa kuceritakan saat anak lain bercerita mereka di gendong ayahnya, di bela ayahnya, dan sering dibelikan mainan olah ayahnya. Teman-temanku bercerita seolah ayah mereka adalah pahlawan super yang selalu di banggakan.  

Ketika mereka larut dalam asyiknya cerita, aku diam termenung sambil mengingat kira-kira  apakah ayahku pernah melakukan sesuatu seperti yang ayah mereka lakukan. Meskipun sudah berusaha mengingat, aku tetap tidak menemukannya. Apakah membentak ibu setiap malam dan berakhir dengan tangisan ibu disudut kamar itu suatu kehebatan? Jika iya, berarti itu adalah satu-satunya kehebatan yang dimiliki ayah. Setiap hari, aku selalu terbangun setiap malam karena mendengar barang jatuh. 

Setiap kali aku bangun, sudah kulihat ibuku menangis entah apa sebabnya. Pernah suau hari mereka bertengkar hebat dan ibu mengajak aku  dan adikku pergi dari rumah membawa  beberapa pakaian. Kami menginap ditempat saudara dan aku bolos sekolah. Tanpa  mengerti apa yang terjadi, ibu hanya berpesan jika nanti di tanya siapapun jangan bilang ibu dan ayah habis bertengkar. Dan jika ada yang telfon jangan bilang kalau kita sedang menginap dirumah budhe. Ibu bilang, kita menginap disana karena sudah lama tidak berkunjung.  

Tapi dari matanya, ada semburat sedih dan marah yang bercampur jadi satu. Kami menginap di sana sekitar satu minggu dan pulang setelah paman menjemput kami. Setibanya di rumah, tak ku lihat ayah yang biasa menyambut kedatanganku dengan mata merah menahan marah. Sampai keesokan harinya, ayah tidak juga kutemui. Akhirnya, ku tanyakan pada ibu. "Buk, ayah kemana?". " Ayah pergi" jawab ibu singkat, dan ketika aku bertanya kemana ayah pergi, hening tak ada jawaban. Dari diamnya, pertanda bahwa aku tidak lagi diizinkan bertanya. Meski setiap hari kepalaku di penuhi rasa penasaran  dimana keberadaan ayah. Sampai suatu ketika, ayahku pulang dan..............................

terimaksih telah membaca sampai akhir, nantikan part selanjutnya minggu depan_______ 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun