Mohon tunggu...
Inovasi

Upaya Pencegahan Kabut Asap di Indonesia Prevention is action

23 November 2015   16:25 Diperbarui: 23 November 2015   19:31 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upaya Pencegahan Kabut Asap di Indonesia

Prevention is action: Ex-Ante dan Ex-post sebagai Langkah Pencegahan Kebakaran Hutan dan Pendegradasian Lahan Terbakar

Ika Bayu Kartikasari. Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia. 081257745951. Ikabayu.kartika06@gmail.com

 

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi, Indonesia sedang mengalami darurat asap. Hal ini disebabkan oleh tingginya kebakaran hutan yang menyebar di pulau Sumatra dan Kalimantan. Akibat kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan dan lahan di ratusan kawasan, Indonesia mengeluarkan emisi karbon lebih banyak ketimbang Amerika Serikat. Padahal, AS selama ini menyandang predikat sebagai sumber gas rumah kaca terbesar kedua di dunia setelah Cina. Selain itu, polusi asap yang terjadi di Indonesia meluas ke negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, yang menyebabkan ketidak harmonisan hubungan dengan pemerintah tersebut.

Indonesia sebagai Negara tropis yang mempunyai hutan lindung yang menjadi penjaga tanah agar tidak terjadi erosi serta untuk mengatur iklim namun pada kenyataannya menujukkan bahwa deforestasi dan degradasi hutan terus terjadi, baik disebabkan oleh kebakaran hutan; perubahan tata guna lahan, seperti perubahan hutan menjadi perkebunan-perkebunan kelapa sawit, tambang, dll; serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh aktifitas pemanfaatan yang tidak terkendali. Selain itu, pembakaran lahan gambut dan hutan merupakan penyumbang utama gas rumah kaca (GRK) Indonesia. Antara 0,81 dan 2,57 gigaton (Gt) karbon dioksida (CO2) yang dilepaskan ke atmosfer sebagai akibat dari kebakaran hutan yang meluas di Kalimantan dan Sumatra pada tahun 1997. Hal ini setara dengan 13-40% dari emisi karbon rata-rata tahunan global dari bahan bakar fosil.

Kini manusia kian serakah, hutan pun akhirnya dibakar dan dijadikan sebagai kebun kelapa sawit. Jelas, dalam pembukaan lahan tersebut memerlukan biaya lebih dan waktu yang cukup lama. Untuk menyingkat waktu tersebut akhirnya pembakaran hutan pun dilakukan. Tiada asap tanpa api pun akhirnya disematkan kepada kondisi sekarang ini. Faktor yang membuat api semakin meluas juga disebabkan oleh iklim, fisik, sosial, ekonomi dan budaya. Tapi sayangnya dari semua faktor tersebut tentunya manusia mempunyai peran yang penting atas perubahan ini.

Kawasan hutan didaerah Sumatra dan Kalimantan memiliki karakteristik lahan gambut. Ketika lapisan gambut yang kering, kebakaran dapat membakar akar dan bahan organik tanah selama berhari-hari sampai berbulan-bulan, dan menyebar di bawah permukaan tanah, yang walaupun penyebarannya sangat lambat, tetapi tidak hanya menimbulkan ancaman langsung terhadap kesehatan manusia dan satwa liar, kabut dari kebakaran juga mengganggu transportasi dan kegiatan ekonomi jutaan orang.

Menurut Usup dkk. (2004) Ada 3 tahap kebakaran hutan dilahan gambut, yaitu:

  1. Pembukaan lahan dengan ditebas kemudian dibakar jika sudah kering, adalah penyebab utama kebakaran. Kebakaran terjadi dipermukaan gambut pada lahan yang sudah ditebas kemudian menyebar dan membakar vegetasi hutan gambut sekunder yang terletak di antara daerah pedesaan dan wilayah hutan.
  2. Kebakaran permukaan yang lama kemudian membakar gambut permukaan melalui celah-celah atau kumpulan kayu, atau kumpulan sampah di rongga kecil yang meluas ke dalam tanah gambut. Setelah gambut permukaan telah terbakar, api kemudian mulai membakar secara lateral ke bawah permukaan gambut.
  3. Kebakaran kemudian berlanjut ke lapisan gambut yang lebih dalam. Kebakaran gambut dalam adalah tahap akhir dari proses kebakaran gambut. Api akan menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan karena tanpa dipengaruhi oleh angin. Akar dari suatu tegakan pohon dilahan gambut pun dapat terbakar, sehingga jika akarnya hancur pohonnya pun menjadi labil dan akhirnya tumbang. Mengingat tipe kebakaran yang terjadi di dalam tanah dan hanya asapnya saja yang muncul di permukaan, maka kegiatan pemadaman akan mengalami banyak kesulitan. Pemadaman secara tuntas terhadap api di dalam lahan gambut hanya akan berhasil, jika pada lapisan gambut yang terbakar tergenangi oleh air.

Kabut asap dan kebakaran hutan akhirnya menjadi permasalahan nasional. Jutaan manusia dibiarkan mati secara perlahan-lahan akibat kabut asap tersebut. Upaya yang dilakukan pemerintah pun belum ada yang membuahkan hasil, seperti water boming, hujan buatan, dll. Salah satu yang diusulkan oleh Presiden Joko Widodo adalah sekat kanal. Yaitu membatasi drainase air gambut yang menyebabkan lahan menjadi mengering dan akhirnya terbakar.

Namun secara urgenitas, pembuatan sekat kanal membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan pendanaan yang cukup. Namun masyarakat tidak bisa tinggal diam, tampak beberapa masyarakat yang telah melakukan aksi preventif yaitu dengan melakukan pembuatan sumur bor. Dan dengan keberanian mereka, mereka langsung turun tangan memadamkan api sambil menyaksikan tumbangnya satu persatu pepohonan yang hangus terbakar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun