Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Milk Al Yamin, Tragedi Disertasi Abdul Azis dan Kemalangan Cinta Minke dengan Annelies dalam "Bumi Manusia"

8 September 2019   09:28 Diperbarui: 8 September 2019   09:36 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: falcon pictures

 

 "Seorang terpelajar seharusnya adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatannya" (Ucapan Jean Marais terhadap Minke dalam Bumi Manusia Karya Pram) 

 

Betullah apa yang dikhawatirkan oleh Nyai Ontosoroh. Dalam pengadilan putih yang terhormat tersebut, hubungan antara Minke dengan Annelies disinggung oleh Hakim. Meski tak jelas juntrungannya, hubungan itu menjadi bahan perbincangan dan ejekan dalam pengadilan putih tersebut. 

Mula-mula Minke ditanyakan di kamar mana ia tidur? Apakah sudah lama Ia tidur sekamar dengan Annelies?  Lalu ruangan sidang itu pun mengaung laksana ratusan lebah dengan kata cacian, ejekan dan hinaan pada Minke dan Annelies.

Mendengar itu, Nyai Otosoroh lantas menegakkan dadanya, dengan mata yang tajam ia menatap pada Hakim dalam pengadilan yang terhormat itu. Kemudian dengan segala keberanian, Ia melontarkan pernyataan yang tajam.  

"Mengapa sidang yang terhormat tiba-tiba mengusik hubungan Minke dan Annelies? Mengapa hubungan mereka yang dilandasi oleh cinta yang sama-sama tulus, dipersoalkan, diejek dan dicaci? 

Tarulah mereka telah melabrak etika kepantasan, bahkan ajaran agama, tetapi mengapa tidak ada satu pun yang pernah mempersoalkan ketika Tuan Mellema, mengambil dirinya (Nyai Ontosoroh) sebagai gundik? 

Menjadikan dia sebagai Nyai tanpa melalui perkawinan yang sah? Mengapa semua bungkam saat kaum kolonial yang dianggap paling beradab itu menjadikan perempuan-perempuan pribumi sebagai gundik, tanpa kejelasan hak, bahkan diperlakukan sewenang-wenang nyaris seperti pembantu?"

Dalam persidangan itu,  Nyai Ontosoroh seolah-olah sedang menampar muka kaum kolonial dan orang-orang yang merasa dirinya sebagai penjaga moral yang paling beradab.  Nyai Ontosoroh seakan sedang memajang cermin di hadapan mereka. Memperlihatkan siapa sesungguhnya orang-orang yang merasa beradab itu. 

Dalam sidang itu pula Nyai Ontosoroh telah melakukan perlawanan sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, sebagai seorang Nyai, gundik dan sebagai seorang perempuan pribumi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun