Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Trip

Cerita dari Pasangkayu

17 Agustus 2018   10:33 Diperbarui: 17 Agustus 2018   11:12 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu saya menginjakkan kaki di daerah ini, gelita pun runtuh ke bumi. Saya datang disambut malam dan sepotong bulan berwarna kekuningan yang menggantung enggan di langit malam.

Sunyi segera menerjang suasana. "Mungkin karena malam." pikirku. Tapi rupanya tidak malam, tidak siang,  kota kecil ini, tetap saja didekap sepi.  Tidak berarti kota ini tanpa aktivitas, tapi Ia tak seriuh kota kota lainnya.

Boleh jadi riuh rendah dan kebisingan kota juga ditentukan oleh banyaknya kendaraan bersiliweran dan hal itu pasti tak akan anda temukan di kota kecil ini. Tak ada angkutan kota, ojek pun dibilang ada tapi senyatanya tidak. 

Kalau Anda bertanya pada penduduk kota ini, mereka akan bilang "ada ojek" tapi sulit menunjukkan di mana mangkal dan bagaimana cirinya. Saya pun tak pernah berjumpa dengan tukang ojek itu, sosok yg justru begitu tenar di kota lain. 

Satu-satunya transportasi umum adalah Bentor (becak motor) yang mangkalnya lebih banyak di pasar. Bisa berjam jam anda menunggu bila tidak memiliki langganan bentor dan punya nomor kontaknya.

Begitulah kota kecil ini. Tapi situasi lengang tanpa angkutan umum itu terbayar dengan wajah penduduk yang ramah dan selalu gembira. Paras mereka selalu tersenyum.  Jika diajak ngobrol mereka melayani dengan akrab, seperti sekian lama telah bersua.  

Suasana kehidupan yang guyub dan gotong royong masih terasa  bertenaga pada masyarakat ini. Setidaknya demikianlah tercermin saat masyarakat ini menyambut hari kemerdekaan.

Menurut cerita dari warganya, suasana guyub itu akan semakin terasa di daerah yg masyarakatnya heterogen. Warga pemeluk Islam dan warga agama lain berdampingan dengan damai. Keragaman mereka saling menyapa. Kerja sama terajut kukuh dalam berbagai perayaan, bahkan yang terkait agama sekalipun.

"Jika ada umat agama Kristen yg menggelar acara, maka umat Islam akan turut serta di dalamnya. Bukan sekedar sebagai tamu, tapi juga ikut mempersiapkan acara. Yang memasak bahkan ibu ibu dari kalangan umat Islam. Hal itu untuk menjamin makanan yg disajikan cocok dan halal untuk semua tamu yg datang" begitu cerita seorang warga.

Kota kecil itu bernama Pasangkayu. Kabupaten paling utara dari Sulawesi Barat. (Bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun