Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Muslim Mengucapkan Selamat Natal, Siapa Takut?

24 Desember 2017   20:42 Diperbarui: 23 Desember 2018   08:36 4814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan Gambar : gambar diambil dari https://simomot.com/

Saya sendiri pernah mendengar langsung ceramah dari Anrong Gurutta (panggilan Kyai di Makassar), KH Baharuddin. Beliau adalah Rais Syuriah NU Kota Makassar. Menurutnya Al-Qur'an malah secara eksplisit menunjukkan keharusan mengucapkan selamat atas kelahiran Isa al-Masih ini.  Kyai yang sangat paham gramatika Arab ini lantas menunjukkan surah Maryam ayat 33:

"Dan Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku dan pada hari aku dibangkitkan kembali".  

Ini adalah ucapan Nabi Isa, yang diabadikan dalam Al-Qur'an yang menunjukkan kepatutan memberi ucapan selamat dan doa kesejahteraan pada hari kelahirannya, termasuk oleh umat Islam tentunya.  Demikian Kyai Baharuddin mendedahkan saat itu.

Hal yang sama diuraikan secara terang oleh pakar tafsir Prof Quraisy Syihab dalam tafsir al-Misbahnya. Intinya, demikian Quraisy Syihab, dengan melandaskan pada surah Maryam ayat 33 itu, mengucapkan selamat natal tidaklah diharamkan, bahkan dianjurkan.

Lalu siapa ustaz di Indonesia  yang sering teriak-teriak mengharamkan ucapan natal. Yang saya tahu,  yang paling sering sih...dari para ustaz FPI.  Lalu juga ada ustaz mualaf tapi kondang, Koh Felix Siauw.  Yang paling anyar yang sering disebut-sebut juga sering menyatakan haram umat Islam mengucapkan natal adalah ustaz yang sering melucu,  Abd. Somad.  Yang terakhir ini tentulah tidak sekedar main haram-haramkan saja, karena menurut berita Ia cukup mumpuni dalam menelaah kitab-kitab Islam klasik.  Beliau alumni Al-Azhar Mesir. Tapi entah mengapa Ia berbeda dengan pendapat para syekh di Al-Azhar, tempat  Ustaz Somad menimba ilmu,  misalnya Prof. Dr, Syaikh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb.  Grand syekh di Al-Azhar  ini  justru membolehkannya.  Demikian halnya dengan Syeikh Wahbah al-Zuhaili dan Syekh Mustafa Ahmad Zarqa, juga tidak mempermasalahkan ucapan selamat natal tersebut.

Yang secara tegas melarang itu adalah para ulama wahabi, misalnya Ibnu Taimiyah. Ia melarang karena menganggap tasyabbuh pada orang Nasrani. Demikian juga Utsamain, ia juga  menyatakan haram dalam fatwanya jilid III h.44-46, No. 403.   Ibnu Qayyim  al-Jauziah juga setali tiga uang dengan pendapat dua ulama yang disebut terakhir ini.    

Dalam hal ini Ustaz Somad meski alumni Al-Azhar Mesir, tapi mungkin dia lebih memilih mengikuti pendapat para ulama Wahabi itu dibanding para syeikh di Al-Azhar.  Kalau ada rujukan lainnya saya tidak tahu.   Tapi ya...tidak apa-apa, berpendapat berbeda dengan para tokoh-tokoh tempat Ia menimba ilmu tidak masalah, itu hak beliau.

***

Ket Gambar : gambar diambil dari http://www.kcdnews.com/
Ket Gambar : gambar diambil dari http://www.kcdnews.com/
Kalau demikian banyak ulama mumpuni yang membolehkan ucapan selamat natal, kenapa saat ini ucapan selamat natal itu banyak yang mempersoalkan ?  Seorang teman pernah berkata ini mungkin karena  banyak sekali orang saat ini yang sudah pintar berfatwa  haram melalui media sosial .  Teman ini boleh jadi sekedar bercanda, tapi ada benarnya. Era medsos saat ini adalah masa   post truth.  Orang-orang banyak berkomentar, berbicara, berfatwa tidak hanya melampaui realitas tapi sudah melampaui kebenaran.  Banyak di antaranya berceloteh hanya dengan mengandalkan pengetahuan dari medsos.  Lantas menyebarkan dan menjadikan kebenaran tersendiri.  Pendapat ulama kaliber dilangkahi dan himbauan intelektual mumpuni dilangkaui.  

Seperti diuraikan dalam pendahuluan tulisan ini, pengaruh fatwa post truth itu memengaruhi masyarakat dalam soal boleh tidaknya mengucapkan selamat natal ini. Padahal kebanyakan dari para tukang fatwa dadakan itu  hanya memposting sekelumit kata.

Soal yang lain adalah kecenderungan menguatnya 'politik identitas sumbang' segelintir umat Islam saat ini.  Politik identitas yang sumbang adalah istilah yang saya berikan atas menguatnya identitas sekelompok umat Islam yang cenderung negatif.  Politik identitas semacam ini bukannya memperjuangkan keadilan dan pengakuan, tapi justru berupaya menguatkan dominasi mayoritas. Menguasai segenap resources  politik dan ekonomi. Dan yang paling mencemaskan, umat Islam seakan-akan di bawah dalam medan pertarungan, antara umat Islam dan  kalangan di luar Islam.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun