Mohon tunggu...
iis kristia W
iis kristia W Mohon Tunggu... Guru - Call me Aisya

Selalu belajar memanusiakan manusia....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dikatai Setan, Si Kecil Kapok ke Masjid

31 Agustus 2021   22:38 Diperbarui: 31 Agustus 2021   22:44 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua orang tua di dunia ini pasti menginginkan anak yang salih. Pun segala cara dilakukan agar keinginan itu menjadi nyata. Bahkan semenjak proses penyatuan badanpun, Islam menganjurkan kita untuk berwudlu, kemudian berdoa terlebih dahulu agar syetan tidak mengganggu ibadah tersebut. 

Kemudian setelah hamil, calon ibu menstimulasi janin di dalam kandungan dengan berbagai pilihan. Salah satunya memperdengarkan janin dengan murotal Alquran. 

Ada juga yang 'puasa bicara' dalam artian menjaga lidah untuk tidak berkata-kata yang buruk. Menutup telinga dari omongan-omongan yang tak patut didengar. Menjaga hati dan pikiran dari hal-hal negativ.

Saat bayi sudah lahir ke dunia, seiring tumbuh-kembangnya, iapun mulai belajar bicara, berjalan, bersosialisasi dengan lingkungan, dan mulai mengikuti apa yang dilakukan oleh lingkungan terdekatnya. Termasuk urusan sholat. 

Seperti Bima, bocah berusia empat tahun itu sedang senang-senangnya pergi ke Masjid bersama ayahnya. Mengenakan kopyah putih, koko, dan sarung yang masih kedodoran, ia berceloteh sepanjang jalan. Betapa aktivitas pergi ke Masjid adalah hal yang sangat menyenangkan.

Namun, beberapa hari ini Bima tidak mau lagi ke Masjid. Kata ibunya, ia takut pada salah satu anggota jamaah karena disebut syetan. Gara-garanya Bima sering lari-larian, hingga naik ke punggung orang yang sedang sholat. Membuyarkan konsentrasi jamaah lain.

Pantas saja, suatu ketika Bima bertanya padaku apakah aku percaya syetan? Saat aku bilang padanya bahwa syetan memang ada, cepat-cepat ia memotong pembicaraanku bahwa syetan pernah muncul di film kartun. Sontak aku terbahak mendengar cerita dari bocah polos itu. Ternyata 'syetan' begitu membekas dalam benaknya.

Anak-anak adalah 'recorder' hidup, apa yang mereka lihat, mereka dengar, semua terekam jelas. Bahkan kata 'syetan' yang kita lontarkan pun bisa mereka pahami sebagai sosok yang buruk. 

Sosok yang muncul dengan dua tanduk, badan hitam, terkadang digambarkan dengan penuh api yang menyala di badan, pada sebuah film yang sering ditonton anak-anak. 

Sekalipun anak tidak benar-benar mengerti, namun jika kata 'syetan' kita ucapkan dengan nada keras dengan kondisi pupil mata kita yang melebar, anakpun menangkap jelas bahwa kita sedang marah padanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun