Ramadhan adalah bulan penuh berkah, bulan yang tepat mengenalkan berbagai macam ibadah dan mengajarkan pada anak rukun islam ketiga, yaitu puasa.
Tidaklah logis jika mengharuskan seorang anak langsung berpuasa penuh dari mulai adzan shubuh sampai adzan magrib bergema, mereka tentu tidak akan kuat. Bahkan di dalam Islam sendiri Rasul telah bersabda: "Tidak ada kewajiban syar'i bagi anak-anak yang belum baligh."
"Puasa bedug" merupakan salah satu sarana pelatihan anak berpuasa. Puasa ini dimulai dari waktu shubuh dan berbuka pada waktu bedug alias dzuhur, kemudian dilanjut lagi berpuasa sampai waktu magrib.
Orang tua harus mengukur kekuatan dan ketahanan anak, tahun ini belajar berpuasa setengah hari, tahun depan boleh jadi ditambahkan lagi waktu berpuasanya, bertahap sesuai kemampuan.
Latihan bangun di pagi hari untuk makan sahur; latihan tidak nyemil; ikut merasakan kegembiraan berbuka puasa; ikut sholat teraweh; dan banyak hal lainnya yang tidak kalah seru dan menyenangkan.
Penting untuk orang tua mengasah sensitivitas emosi anak selama berpuasa. Apakah anak benar-benar lapar atau hanya mencari perhatian. Mary Lou Gavin, dokter spesialis anak yang juga editor situs web kesehatan anak KidsHealth menjelaskan anak-anak usia 3-5 tahun kerap menggunakan kata "lapar" untuk mengekspresikan perasaan seperti bosan, kesepian, sedih, atau emosi lain yang mereka tidak bisa jabarkan.
Gavin menambahkan "ketika anak merengek lapar, bisa kita alihkan dengan mengajaknya bermain. Jika anak bersemangat bermain, fokus, dan mempunyai cukup energi untuk bermain, bisa dipastikan anak tidak benar-benar merasa lapar."
Yang harus dihindari adalah membiarkan seorang anak hingga besar tanpa latihan menunaikan kewajiban berpuasa, sehingga akan terasa sangat berat ketika sudah baligh dan telah diwajibkan untuk berpuasa penuh.
Semoga bermanfaat :)