Mohon tunggu...
Rodhiyah Nur Isnaini
Rodhiyah Nur Isnaini Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia

Masih terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyelami Dunia Anak

24 Maret 2019   10:23 Diperbarui: 24 Maret 2019   10:29 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Karena anak-anak tersebut kesempatan bermainnya berkurang, maka ketika besar dan diberikan wewenang untuk mengelola negara malahan dianggap kesempatan untuk main-main." 

-Sudjiwo Tedjo (Budayawan)-

Kutipan yang sangat menampar bagi kita sebagai orang dewasa yang tidak paham akan dunia anak. Kita lupa atau bahkan menutup mata dengan adanya dunia anak. Apalagi di zaman yang sudah sangat modern ini, dimana dunia anak lebih dominan diisi oleh gadget.

 

Kita harus mengenal terlebih dahulu dunia anak. Dunia anak adalah bermain. Mereka akan bermain seharian penuh dan tidak jarang anak sampai lupa makan, lupa belajar, dan bahkan lupa segalanya. Ketika anak diberi pilihan antara bermain atau belajar, seratus persen jawaban anak pasti bermain. Mereka akan lebih antusias ketika mendengar kata bermain dibandingkan dengan belajar. Kok bisa begitu? Karena bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan.

Bermain adalah kegiatan yang menciptakan perasaan senang dan mendapatkan hal yang baru. Sehingga secara tidak langsung dengan bermain anak akan lebih mudah untuk menyerap banyak hal yang juga dapat menunjang proses tumbuh kembangnya. 

Piaget dalam Mayesty (1990: 42) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang; sedangkan Parten memandang kegiatan bermain sebagai saranan sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan (Mayesty: 61-62). Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri dan dengan siapa ia hidup, serta lingkungan tempat dimana ia hidup.

Permainan adalah situasi atau kondisi tertentu pada saat seseorang mencari kesenangan atau kepuasan melalui suatu yang aktivitas yang disebut main. Dalam konteks ini wujud permainan bisa berupa objek konkret, seperti boneka, bola, mobil-mobilan, dan lain-lain. Sedangkan dalam wujud abstrak berupa aktivitas yang melibatkan perasaan.

Vygotsky dalam Naughton (2003:46) percaya bahwa bermain membantu perkembangan kognitif anak secara langsung, tidak sekedar sebagai hasil dari perkembangan kognitif saja. Ia menegaskan bahwa bermain simbolik memainkan peran sangat penting dalam perkembangan berpikir abstrak. Sejak anak mulai bermain pura-pura, maka anak menjadi mampu berpikir tentang makna-makna objek yang mereka representasikan secara independen. Sebagai contoh, seorang anak usia dini menganggap sebuah botol atau sisir rambut sebagai mic yang digunakan untuk menyanyi dan ia bernyanyi dengan keras seperti halnya ketika seseorang menggunakan mic.

Ciri utama bermain yaitu pertama semua aktivitas bermain repsentasional menciptakan situasi imajiner yang memungkinkan anak untuk menghadapi keinginan-keingin yang tidak dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata, seperti halnya ketika anak berimajinasi bahwa dia berada di lingkungan luar yang sedang dalam cuaca hujan, ia akan menggunakan tangan atau barang di sekitarnya untuk menutupi bagian kepalanya dan dengan berlari kecil memilih tempat yang dianggap tidak terkena hujan. Dan ciri bermain yang kedua adalah bermain representasional yang memuat aturan-aturan berperilaku yang harus diikuti oleh anak untuk dapat menjalankan adegan bermain. Contohnya ketika anak bermain sepak bola, terdapat aturan yang di dalamya yang harus diikuti dan ketika anak melanggar akan mendapatkan sanksi yang harus diterima oleh si anak.

SUMBER BACA: 

Sujiono Nurani, Yuliani, 2016. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Indeks.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun