Mohon tunggu...
Iis Suwartini
Iis Suwartini Mohon Tunggu... Dosen - Dosen PBSI FKIP Universitas Ahmad Dahlan

Iis Suwartini merupakan dosen di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta sejak tahun 2014. Mengajar pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat ini sedang menempuh studi S3 pada jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Sebelas Maret (UNS). Penulis aktif menulis kolom opini, cerpen, cerita sejarah dan cerita misteri di beberapa koran.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Belajar dari Tahun Lalu, Pariwisata dan UMKM Perlu Terobosan

14 April 2021   11:24 Diperbarui: 14 April 2021   13:50 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Penerapan berbagai kebijakan  tentunya untuk menjadikan keadaan lebih baik.  Berbagai kebijakan yang ada diharapkan tidak merugikan salah satu pihak.  Adanya perpanjangan dan perluasan PPKM mikro tidak dapat dipungkiri akan berdampak pada pariwisata dan UMKM. Belajar dari Ramadan tahun lalu banyak pelaku usaha  yang mengalami penurunan pendapatan. Tentunya hal tersebut dilatarbelakangi belum adanya kesiapan para pelaku usaha untuk bertahan di masa pandemi. Agar peristiwa tersebut tidak terulang lagi maka perlu adanya trobosan.

Ramadan membawa berkah bagi pelaku usaha. Biasanya UMKM turut andil dalam menyemarakan wisata religi  Kampung Ramadan. Menjajakan dagangan di Kampung Ramadan selain mendapat nilai ekonomis juga meningkatkan ibadah. Mereka  juga dapat menikmati kajian menjelang berbuka puasa. Ada baiknya Kampung Ramadan menerapkan teknologi  dalam pengelolaanya yaitu menerapkan smart tourism. Hal tersebut ditempuh untuk meningkatkan keamanan melalui pembatasan jumlah pengunjung agar dapat memantau penerapan  5M (memakai masker dengan benar, mencuci tangan, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan menjauhi kerumunan.

Smart tourism didefinisikan sebagai penggunaan platform pariwisata ICT terintegrasi dimana mengintegrasikan peran teknologi dalam memberikan informasi kepada wisatawan. Beberapa aplikasi yang termasuk Smart tourism yaitu Jogja Pass dan Visiting Jogja. Wisatawan perlu melakukan reservasi terlebih dahulu.

Untuk menggunakan aplikasi tersebut caranya cukup mudah. Langkah yang perlu ditempuh pengunjung perlu menginstal dan memasukan data pribadi. Setelah itu penggunjung akan mendapatkan barcode sebagai tanda pengenal. Selanjutnya menunjukan barcode kepada pengelola wisata barulah pengunjung dapat memasuki kawasan wisata religi Kampung Ramadan. Pengelola wisata juga perlu menyediakan posko kesehatan yang terdiri dari penyediaan cuci tangan, cek suhu tubuh dan penyediaan masker).

Objek Wisata pun perlu berbenah diri untuk menghadapi tantangan di masa pandemi. Tidak dapat dipungkiri selama ini sektor pariwisata penyumbang pendapatan masyarakat dan  daerah. Berbagai daerah sudah mulai berbenah untuk menyambut  wisatawan dengan berbagai pengembangan wisata berbasis kearifan lokal. 

Selama masa pandemi justru mulai bermunculan pemberdayaan potensi desa. Beberapa contoh wisata berbasis kearifan lokal yang sedang dikembangkan dengan memberdayakan masyarakat terutama pelaku usaha kuliner sebagai berikut.  (1) wisata sungai, pengunjung dapat menikmati makanan tradisional sembari bermain di sungai, (2) wisata kebun pring, pengunjung dapat menikmati makanan tradisional sembari menikmati panorama pohon bambu, (3) wisata sawah, pengunjung dapat menikmati wisata kuliner sambil menikmati sumilir angin pedesaan, (4) wisata perbukitan, pengunjung dapat menikmati wisata kuliner sembari menikmati panorama alam dari ketinggian. (5) wisata embung, pengunjung dapat menikmati makanan tradisional sembari menikmati panorama embung yang romantis.

Persiapan pariwisata secara fisik juga perlu di dukung oleh pengelolaan yang bijak. Jangan sampai keberadaan objek wisata  justru akan berdampak pada peningkatan angka positif covid. Keberadaan objek wisata tersebut dapat menjadi referensi berbuka puasa bersama keluarga dan kolega. Lalu bagaimana menyikapinya?

Ada beberapa cara  yang dapat ditempuh agar wisatawan dapat menikmati objek wisata tersebut.  Pertama, menerapkan smart tourism dan hanya untuk wisatawan lokal saja. Kedua, untuk wisatawan diluar daerah dapat memilih paket wisata virtual.  Pariwisata bekerjasama dengan UMKM membuat paket wisata yang terdiri dari perjalanan wisata virtual, makanan tradisional dan cendramata.

Sebelum menikmati wisata virtual pengunjung dapat memilih paket wisata melalui aplikasi. Misalnya saja pengunjung yang memilih wisata virtual di daerah Yogyakarta dapat memesan makanan khas seperti gudeg kaleng, wedang uwuh, bakpia pathok, dan geplak. Untuk cendramata dapat memilih batik lurik, blangkon, kaos dagadu, dan berbagai gantungan kunci etnik. Setelah paket wisata tiba barulah pengunjung dapat menikmati wisata virtual sehingga suasana tempat wisata lebih terasa.  Wisata virtual dapat dilakukan sembari menunggu berbuka puasa. Dengan begitu pariwisata dan UMKM dapat tetap eksis di masa pandemi

Iis Suwartini, M.Pd.  PBSI FKIP

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun