Mohon tunggu...
Iin Wahyuni
Iin Wahyuni Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga "11| Jogjakarta-Merauke| berdarah jawa tapi hidup di Papua|"..kulit hitam kariting rambut aku Papua.."| @iinnot

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Berkarya dalam Sebingkai Film

23 Desember 2012   06:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:10 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13562429891366135254

Menciptakan suatu hal yang sempurna dan disukai orang banyak tentunya bukan sesuatu yang mudah. Mulai dari hal kecil seperti memasak yang tidak semua orang bisa merasakan rasa yang sama, hingga hal yang besar seperti menciptakan sesuatu untuk orang banyak. Tidak berbeda dalam memproduksi sebuah film, entah itu sebuah film untuk iklan, video clip, dokumenter,ataupun cuma sekedar film pendek tentunya membutuhkan segala sesuatu yang benar-benar harus dipersiapkan dengan matang terlebih dahulu. Membutuhkan tim yang kompak, solid, serta tidak lupa talent yang profesional dalam bekerja dengan kemampuan acting dibutuhkan dalam pembuatan sebuah film. Bukan cuma crew ataupun talent yang dapat menciptakan sebuah film yang bagus, tapi juga diperlukan suatu ide yang matang yang mana akan dituangkan kedalam script naskah yang akan menjadi sebuah alur kisah dari film tersebut. Hal itupun yang membuat Muhammad Fakhriansyah seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga tertarik untuk membuat sebuah film pendek. Berawal dari ketertarikannya dalam dunia film, dia mencoba terjun untuk menjadi seorang sutradara yang handal. Film pertamanya yang berjudul “Sales Promotion Girl” berhasil menarik perhatian beberapa teman-teman mahasiswa lain yang ikut menyaksikan launching perdana dari film tersebut yang diadakan Sabtu kemarin (22/12) yang berlokasi di Ledre Cafe.

Poster Sales Promotion Girl

Menggambarkan sepasang kaki panjang wanita yang beralaskan wedges, berlatar belakang pinggiran jalan, dengan suasana malam yang sepi dibawah lampu kota menjadi gambaran dari poster film tersebut. Beberapa tebakan dari kisah yang akan disuguhkan dari film pendek inipun bermunculan di beberapa benak penonton. Walau tidak dipungkiri pada akhirnya pasti ada beberapa penonton yang akan memberikan sebuah reaksi kekecewaan. Tepat pukul 19.00 WIB film pendek inipun diputar, beberapa pasang mata dengan serius menonton film yang menceritakan tentang seorang wanita bernama Darmi yang bekerja sebagai PSK sedang mencoba merayu seorang pria bernama Dimas. Berbagai macam rayuanpun dikeluarkan agar bisa mendapatkan uang. Tapi sayang, ternyata saat itu Dimas sedang mencari seorang wanita yang bernama Sofie yang menurut kabar yang di dapat Sofie pun bekerja sebagai PSK. Darmi yang penasaran pun mencoba mengorek tentang hubungan antara Dimas dan Sofie. Tanpa diduga ternyata Sofie adalah istri dari Dimas. Film yang berdurasi sekitar 7 menit 30 detik itupun benar-benar terasa singkat yang menyebabkan beberapa penonton mendapatkan kebingungan dan mencoba mengingat kembali film tersebut untuk memahami maksudnya. Keinginan sang sutradara yang ingin memunculkan image seorang PSK yang pandai dirasa belum berhasil jika melihat sosok Darmi dalam film pendek tersebut. Tapi untuk secara keseluruhan, Yulian seorang Mahasiswi semester tujuh pada salah satu Universitas di Yogyakarta ini berhasil membawakan peran Darmi dengan ‘apik’. Film pendek yang mengambil lokasi disekitar ‘SarKem’ Yogyakarta itu di produksi selama kurang lebih dua hari dua malam, namun waktu yang dipersiapkan untuk eksekusi dalam dua hari dua malam itu sudah dipersiapkan selama sebulan lebih. Dimulai dari pematangan ide, brain storming, survei lokasi, hingga casting pemainpun benar-benar dilakukan dengan serius untuk mendapatkan hasil sesuai harapan. Beberapa kesulitan maupun rintangan dalam dua hari produksi film pendek inipun ditemui. Mulai dari pengerjaan yang dimulai pada jam dua dini hari yang mana jam itu diambil ketika sebuah warung tenda nasi goreng tutup. Lokasi yang menjadi tempat jualan nasi goreng itu merupakan lokasi utama yang hampir 80% dari proses pengerjaan dilakukan dilokasi tersebut. Selain itu, pendalaman karakter utama yang dirasa masih kurang oleh Sutradara menjadi kesulitan lain dalam proses pengerjaan film pendek ini. Perbedaan pandangan antara penonton dan Sutradarapun menghasilkan bermacam-macam pendapat tentang film pendek ini. Berbagai komentar positif maupun negatif yang diberikan, dengan senang hati diterima oleh seseorang yang sedang mencoba menjadi Sutradara muda yang berharap di tahun-tahun mendatang bisa menciptakan sebuah film lagi sesuai harapannya dan bisa disukai oleh orang banyak.

Menciptakan sesuatu untuk dinikmati oleh orang banyak tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai macam kritikan pun harus siap diterima agar kedepannya menjadi lebih baik. Terus berusaha dan pantang menyerah menjadi kunci sukses dalam mewujudkan mimpi. Makin jaya perfilman Indonesia, makin mutu dalam menghasilkan karya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun