Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Antraks, Tetap Bertahan Dari Dulu Hingga Kini

13 September 2012   09:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:31 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13475256591230299343

Beberapa kali saya menemukan penulisan di beberapa media pemberitaan baik cetak maupun on line tentang virus antraks yang kembali merebak atau bioterorisme virus antraks yang masih menjadi ancaman di masa datang. Padahal antraks sendiri disebabkan oleh bakteri atau kuman dan bukan karena virus, hmm jadi pingin nulis nih hehehe

Penyakit antraks sendiri sebenarnya sudah ada sejak jaman dulu kala, namun kembali menjadi tren perbincangan setelah adanya kasus bioterorisme di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri ada beberapa wilayah propinsi yang menjadi daerah endemik  antraks.nah jadi apakah mungkin penyakit antraks itu dihilangkan dari muka bumi pertiwi secara tuntas karena menurut literatur yang pernah saya baca bahwa spora antraks mampu bertahan hidup dalam tanah dalam jangka waktu yang lama sampai 70 tahun.Hmm…kalah donk ya umur manusia dengan umur bakteri antraks, kalau begitu akan lebih baik bagi kita untuk sedikit lebih tahu agar bisa terhindar dari ancaman penyakit ini, bukan begitu kawan? ….

dijawab : “bukaaaaaannn”…… (wadhuh…ya sudah kaboooorrrr #lho kumat salah fokus)

Bacillus anthracis, itulah nama bakteri penyebab antraks yang ditemukan tahun 1876 yang ditemukan oleh Robert Koch dan kemudian terkenal dengan nama  postulat koch, pasti masih ingat kan, hingga akhirnya berkembang menjadi germ theory itu (kalau keliru saya dikasih roti ya). Bacillus anthracis adalah organisme berbentuk batang, bersifat aerob, gram positif dan mampu membentuk spora.

Pada umumnya antraks menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, kerbau dan domba, namun untuk kasus di Indonesia sendiri lebih banyak menyerang sapi. Penularannya sendiri biasanya disebabkan karena spora antraks yang tertelan ketika ternak sedang digembalakan. Dalam tubuh hewan terinfeksi itulah spora mengalami perbenihan dalam bentuk vegetative dan selanjutnya akan memperbanyak diri sampai berakibat kematian pada hewan tersebut, dan ketika menjelang mati atau saat sudah menjadi bangkai, maka bentuk vegetative akan keluar dan menyebar di lingkungan sekitar menunggu tertelan oleh korban berikutnya dan terulang siklus yang sama

Ada beberapa bentuk penyakit antraks pada ternak yaitu :

· Bentuk per akut ditandai dengan kematian mendadak dengan gejala sesak napas, gemetar dan kejang atau bahkan tanpa adanya gejala.

· Bentuk akut biasanya dikenali dengan demam (sampai dengan 41°C),produksi susu menurun drastis dan keguguran bagi hewan bunting,  depresi, sukar bernapas, kejang dan diikuti kematian yang disertai dengan keluarnya darah kental berwana merah kehitaman dari lubang kumlah.

· Bentuk kronis lebih umum ditemukan pada babi, ditandai dengan lepuh di sekitar lidah dan kerongkongan.

Sedangkan Penularan antraks pada manusia sendiri bisa terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung, dan yang dikenal secara umum ada 3 macam yaitu melalui kulit, pencernaan dan pernafasan

· Antraks Kutaneus (antraks kulit), bisa terjadi jika bakteri atau spora masuk kedalam jaringan kulit yang lecet atau luka, dan menyebabkan lepuh kemudian secara cepat berubah menjadi bisul bernanah dan akhirnya menjadi koreng berwarna hitam. Antraks jenis ini biasa terjadi di tempat penjagalan hewan.

· Antraks Gastro- Intestinal (antraks pencernaan) dapat terjadi jika bakteri atau spora tertelan lewat mulut, biasanya terjadi karena makan daging terinfeksi yang tidak dimasak sampai matang sempurna.

· Antraks Pulmonal (antraks pernafasan) terjadi karena terhirupnya spora antraks, namun kejadian ini sangat jarang terjadi.Dari ketiga jenis tipe antraks, memang tipe pernafasan adalah yang paling berbahaya karena case fatality rate nya yang mencapai 100%.

Sayangnya kejadian berulang kasus antraks masih saja berulang, karena berbagai faktor seperti tradisi peternak kita yang masih mengumbar ternaknya untuk mencari makan sendiri dan akhirnya memakan spora antraks yang ada dalam tanah, apalagi di musim kemarau dimana ternak terpaksa merumput dekat sekali dengan tanah yang telah tercemar.

Di samping itu, ternak yang mati mendadak juga masih disembelih dan selanjutnya dagingnya dijual kembali atau dikonsumsi, karena jamak diketahui bahwa ternak merupakan aset berharga terutama bagi peternak kecil, sehingga mereka tidak mau rugi. Ada beberapa ciri daging yang terkena antraks yaitu berwarna kehitaman, berbau dan berlendir.

Selain itu adanya factor ketidaktahuan dari sebagian peternak, bahwa bangkai ternak yang mati akibat penyakit anthrax harus diperlakukan “sedemikian rupa” yaitu bangkai sama sekali haram untuk dibuka, karena oksigen akan masuk ke dalam tubuh yang sudah terpotong dan terbentuklah spora, sehingga langkah mutlak yang mesti dilakukan adalah ternak yang mati dibakar, diberi desinfektan kemudian dikubur untuk membantu pemutusan siklus penularan antraks.

--------------------------------------------------------------------------------------------

*selamat pagi, siang, sore dan malam …….sekali kali nulisnya puanjang kaya rel sepur hehehe, semoga ada manfaatnya, kalo nggak ya gak papa sudah biasa wkwkwk…kabooor ahh…salam sehat semua ^^

sumber : wikipedia;tatavetblog.blogspot.com;pojok-vet.com dan ingatan samar masa lalu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun