Mohon tunggu...
Iin Indriyani
Iin Indriyani Mohon Tunggu... Novelis - Penikmat Keheningan

Penulis dan Buruh Migran Taiwan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ikatan Hati

8 April 2020   20:40 Diperbarui: 8 April 2020   20:44 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desember 2018,

Dua menantu Nenek Lin mengajak kami untuk jalan-jalan. Danau besar yang terletak di tengah pegunungan Kabupaten Nantou menjadi tujuan kami siang ini. Untuk pertama kalinya aku mendorong Nenek Lin dengan kursi roda. Dan untuk pertama kalinya pula, kami melakukan perjalanan yang cukup jauh untuk cuci mata. 

Sejauh ini beliau tidak suka kemana-mana. Tak mau hirau jika anak menantunya mengajak untuk liburan. Tetapi udara akhir tahun sekaligus pembuka musim dingin rupanya mampu meluluhkan hati beliau. Dengan senang hati beliau ikut bersama kami tanpa penolakan. 

Aku pun melihat ada kebahagiaan yang tersirat pada wajah keriputnya. Ada ketakjuban yang terpancar dari kedua matanya. Dan terbesit di hati terdalamku, aku bertanya-tanya. Kenapa aku seperti merindukan beliau yang masih berada di depan mataku? Kenapa aku merasakan kerinduan seperti akan ditinggalkan? 

Kejernihan birunya air danau mengembalikan kesadaranku. Aku menuntun beliau yang memintaku untuk melihat bunga sepatu. Setangkai bunga beliau tatap dalam-dalam. Dan aku kembali merasakan kerinduan seperti akan ditinggalkan. 

Oh tidak! Aku rasa aku terlalu berlebihan. Atau memang ini sebuah firasat yang kudapat dari Tuhan? Entahlah. Suara jepretan kamera ponsel kembali menyadarkan aku. Tak kusangka menantu beliau mengambil gambar kami dari samping. Foto itu yang paling kusukai dari foto-foto yang lain. 

Nenek Lin, wanita tua yang kurawat dua tahun ini sedang tersenyum menatap bunga sepatu dengan switter ungu dan topi berwarna ungu pula. Sedang aku berdiri di samping beliau sembari menatap lekat bunga lain yang berada di atas kepala beliau.

Sore hari, setelah puas berkeliling lokasi, kami memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan, Nenek Lin meminta menantunya untuk membeli buah markisa yang dijajakan di pinggiran jalan. Beliau sangat suka buah markisa dengan rasa khas yang asam dan sedikit manis. 

Selesai membeli, kami lanjut pulang. Banyak sekali foto-foto yang mereka kirim ke Line-ku. Aku sangat bahagia hari itu. Karena danau besar itu merupakan salah satu wisata impianku yang sangat terkenal di Taiwan dengan nama "Sun Moon Lake". 

Aku merasa begitu beruntung berada di tengah keluarga besar Nenek Lin. Tidak ada batasan antara majikan dan pembantu. Aku seperti tamu yang mereka hormati. Bahkan kenyamanan yang mereka beri mampu mengurangi kerinduanku pada keluarga yang kutinggalkan cukup lama.

Awal Januari, Loupan Niyang berkata bahwa kami akan mengunjungi taman bunga sakura putih di Nantou. Ia bilang Nenek sangat suka melihat bunga-bungaan. Aku tatap beliau tak merespon apa-apa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun