Mohon tunggu...
Iin Indriyani
Iin Indriyani Mohon Tunggu... Novelis - Penikmat Keheningan

Penulis dan Buruh Migran Taiwan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Yusuf Akhir Zaman

31 Maret 2020   19:29 Diperbarui: 31 Maret 2020   19:33 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kutatap wajah teduh yang nyaris basah karena tetesan air hujan. Lengan tangannya pun basah. Jaket hitam yang sama dengan label UPI itu, ia pakaikan padaku. 

Aku berdiri di depan dia, sedang dia duduk di atas motor. Kami menikmati indahnya malam Cimahi di tengah lapang yang tak terlalu luas. Di belakang tempat kost-ku, tepatnya.

"Permintaan apa, Mas?" tanyaku, penasaran. Sesekali kuusap tetesan gerimis yang jatuh di wajahku.

"Lepas semua foto dan gambar yang melekat di dinding kamar kost-mu. Bukankah kamu pun melihat tak ada satu foto atau gambar pun di kamarku?"

"Iya. Tapi kenapa?"

"Ada sebuah hadist yang mengatakan bahwa dulu pada zaman Rasulullah Saw, ada seorang malaikat yang selalu mengunjungi dan menjaga si Fulan. Malaikat itu teramat cinta kepada si Fulan. Akan tetapi, tiba-tiba saja malaikat itu pergi. Mengetahui hal itu, Rasulullah Saw mendatangi si malaikat untuk menanyakan alasan dibaliknya. Kamu tahu malaikat itu menjawab apa?"

Dadaku bergetar hebat. Seumur hidup baru kali itu kulihat seseorang yang menasihati dengan penuh ketulusan. Dengan penuh permohonan, tanpa mengurangi kapasitas kesopanannya. 

Aku terhipnotis oleh wajah teduhnya. Kami saling bertatapan untuk waktu yang cukup lama. Wajah kami semakin basah oleh tetesan air hujan. Akan tetapi, kedua kaki kami sangat sulit untuk beranjak. 

Hati kami terasa sungkan untuk pergi. Aku pun mematung tanpa suara.  Kulihat ia menatap ke arah langit. Kacamata putihnya semakin menantang air hujan.

"Malaikat itu menjawab, dia tidak mau masuk ke rumah manusia yang mana di dalamnya terdapat gambar-gambar makhluk hidup. Untuk itu aku mohon kepadamu, lepas semua foto dan gambar yang ada di kamarmu, secepatnya. Apa kamu mau berjanji kepadaku?"

Aku masih terbius oleh suasana. Jika bisa, aku ingin sekali menangis di depannya. Menatap wajah bersih itu, sorotan mata teduh itu, sungguh hatiku yang lemah ini terasa runtuh. Aku tidak berani untuk berkeinginan memiliki, akan tetapi aku juga takut untuk kehilangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun