Mohon tunggu...
Iin Indriyani
Iin Indriyani Mohon Tunggu... Novelis - Penikmat Keheningan

Penulis dan Buruh Migran Taiwan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Surat Cinta Dari Surga (Bab.3 , Part. 1)

2 Desember 2019   23:51 Diperbarui: 3 Desember 2019   00:07 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari jauh seorang laki-laki berkumis tipis memakai pakaian kantor mendekat ke warung Mbak Mun. Lelaki berusia sekitar empat puluh lima tahun itu menarik tangan Mbah Okim dengan kasar. Sontak, hal itu membuat beliau terkejut bukan kepalang.

"Rasyid?" gumam beliau meringis, kesakitan.

"Masih hidup kau rupanya, kakek tua? Aku pikir kau sudah mati kedinginan malam itu."

"Aku sudah mati, Rasyid. Aku sudah mati sejak kau membuangku malam itu. Untuk apa kau datang menemuiku anak durhaka?" ujar Mbah Okim dengan suara tak jelas karena bibirnya yang sumbing.

"Diam kau tua bangka! Mulut kotormu tidak pantas mengucapkan namaku sedetik pun. Aku kemari untuk memastikan akan ucapan orang-orang yang mengatakan bahwa kau masih hidup. Siapa yang sudah menyelamatkanmu malam itu?"

"Jika kau jijik melihatku lalu untuk apa kau datangi aku, Rasyid? Pergilah sejauh yang kau mau. Nikmatilah hartaku yang sudah kau curi bersama istrimu. Aku ikhlas, Rasyid. Aku ridho, asalkan kau pergi jauh dari hidupku saat ini. Jangan buat aku menjadi orangtua yang keji karena melihatmu."

"Jangan banyak bicara, Rokhim. Katakan padaku siapa yang menolongmu hingga kau masih hidup hingga saat ini, hahh?"

Rasyid mencengkeram kaos Mbah Okim dengan geram. Lelaki berbadan bungkuk dan berbibir sumbing itu menatap lekat wajah putranya yang durhaka. Tatapannya tak menampakkan kerinduan sedikit pun. Kakek Rokhim, atau Mbah Okim justru terlihat muak sekali terhadap putra semata wayangnya tersebut.

"Dia adalah manusia yang benar-benar berhati malaikat. Tidak seperti kau, hatimu lebih keji dari iblis sekali pun. Aku sudah menyerahkan semua hartaku padamu, apalagi yang kau inginkan dariku? Apa dengan keadaanku seperti ini, kau masih saja takut aku akan mengambil hak-hakku darimu? Tidak Rasyid, aku tidak menginginkannya sedikit pun. Hartaku yang saat ini telah kau curi, aku meyakini suatu saat akan jadi bumerang untuk dirimu sendiri. Camkan itu, Rasyid!" jawab beliau dengan suara mendengung.

"Haaahhhh.." lelaki berkumis tipis itu mendorong Mbah Okim hingga terjatuh ke bawah. Mbak Mun, yang baru kembali dari rumahnya sangat terkejut dengan kejadian itu. Ia ingin berteriak namun tak ada orang di sekitar warungnya. Tanpa pikir panjang, ia pun berlari ke rumah Ammar untuk memberitahu akan keselamatan Mbah Okim yang terancam. Ammar terkejut bukan main. Lelaki saleh nan tampan itu bergegas menuju warung Mbak Mun dan mendekat kearah mereka.

"Berhentiii..!" teriak Ammar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun