Mohon tunggu...
Iin Indriyani
Iin Indriyani Mohon Tunggu... Novelis - Penikmat Keheningan

Penulis dan Buruh Migran Taiwan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Surat Cinta dari Surga (Bab 2, Part 2)

2 Desember 2019   18:32 Diperbarui: 2 Desember 2019   18:38 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Setidaknya walau kau tidak mencintaiku tapi kau tidak akan berani untuk menyakitiku, Ammar. Agama yang hidup di hatimu akan membuatmu berlaku adil terhadap perempuan. Seperti kau mencintai Alea hingga detik ini, seperti aku mencintaimu juga sampai sekarang. Alea sudah tiada, Ammar. Sedangkan kau masih terlihat oleh kedua mataku setiap hari. Bagaimana bisa kau meminta agar aku membuka hatiku untuk orang lain?"

Airmata Rossi meleleh di depan Ammar. Ammar melihat molekul bening itu jatuh ke pipinya yang putih. Molekul-molekul itu laksana Untaian Cinta seorang Rossiyana untuknya. Entah kenapa hatinya merasa tersentuh. Ia paling tidak bisa melihat wanita menangis di depannya. Ammar mendekat satu langkah ke arahnya. Namun, seketika ia berbalik dan memutuskan untuk meninggalkan Rossi di sana. Rossi masih berdiri di depan kelas itu. Memandang kepergian Ammar dengan hati yang tersayat. Meratapi dewi fortuna yang belum memihak kepadanya. Menyapu airmata yang membasahi pipi dengan telapak tangannya. Lalu pergi berlawanan arah dengan lelaki yang sangat dicintainya.

Di tengah koridor sekolah, Ammar menghentikan langkahnya. Ia merasa bingung dengan situasi yang seakan menghimpit ketenangannya. Wajah Rossi dengan lelehan airmatanya kembali terbayang dalam pikirannya. Tiba-tiba ia merasa bersalah. Tak ia pungkiri kesetiaan Rossi dalam mencintai dan menunggunya jauh lebih lama dari perkenalannya dengan Alea selama ini. Bahkan ia sendiri tak percaya, bahwa Rossi sering berdebat dengan orangtuanya karena mempertahankan rasa cinta untuk dirinya. Hal itu membuat dadanya terasa sesak. Ia merasa posisi Rossi sebanding dengan posisinya saat ini. Sama-sama melawan orangtua demi orang yang mereka cintai. Di mana Ammar sendiri masih menyembunyikan pernikahannya dengan Alea dari ayah kandung yang telah bahagia dengan keluarga barunya.

Ammar memejamkan kedua matanya. Menelan pil pahit yang dirasakannya saat ini. Tubuhnya yang tinggi bersandar pada sebuah dinding sekolah. Namun, hatinya yang rapuh masih mengapung di tengah dalamnya samudera kehidupan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun