Mohon tunggu...
Iin Indriyani
Iin Indriyani Mohon Tunggu... Novelis - Penikmat Keheningan

Penulis dan Buruh Migran Taiwan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Surat Cinta dari Surga (Bab.2 , Part.1)

2 Desember 2019   15:03 Diperbarui: 2 Desember 2019   15:03 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logopit Plus/dokpri

Mbak Mun dan Mbah Okim terkejut dengan kedatangan Ammar dari samping warung. Lelaki tampan berwajah tirus, bersih itu duduk di samping Mbah Okim dan ikut menatap ke depan sejauh mata memandang. Mbah Okim merasa tidak enak hati kepadanya. Sedangkan Mbak Mun menjadi salah tingkah. Ammar sangat paham apa yang baru saja dibicarakan oleh mereka tentangnya. Ekspresinya amat dingin, menampakkan bahwa kenyamanan hatinya terganggu dengan kata-kata terakhir yang Mbak Mun ucapkan.

"Maaf, Mas Ammar. Mbak tidak bermaksud untuk..."

"Tak apa, Mbak. Saya mengerti perasaan kalian sebagai orang yang paling dekat dengan saya. Tapi saya mohon, jangan terbesit dalam pikiran kalian bahwa saya harus mencari pengganti istri saya. Karena itu hal mustahil dan tidak akan pernah saya lakukan."

"Kenapa Ammar? Kau lelaki normal. Kau butuh pendamping hidup untuk meneruskan perjuanganmu sebagai muslimin. Maafkan Mbah jika lancang, tapi kami juga ingin melihatmu bahagia, Ammar." timpal Mbah Okim dengan suara tak jelas di mana hanya Ammar dan Mbak Mun yang benar-benar memahami ucapan beliau.

Ammar termenung cukup lama. Ia teringat saat-saat terakhirnya bersama Alea. Terutama ketika mimpi itu datang dan membawa mereka ke sebuah telaga malam pertama yang begitu indah. Mereguk kecantikan dan kesalehaan istrinya yang luar biasa. Di dalam mimpi itu ia berjanji kepada Alea, bahwa ia tidak akan menikah lagi walau apa pun yang terjadi. Di dalam mimpi itu Alea pun berjanji kepadanya, bahwa ia tidak akan memasuki pintu surga tanpa membawa suami yang sudah mewujudkan impian terakhirnya untuk mendonorkan jantungnya kepada Anida, seorang gadis kristiani yang juga pasien di rumah sakit di mana dirinya dirawat.

Ammar menitikkan airmata. Hatinya terasa sesak kembali. Mbak Mun menoleh prihatin kearahnya, tatapannya lalu pindah ke wajah Mbah Okim. Dalam hitungan menit, Ammar berpamitan pada mereka untuk masuk ke sekolah karna waktu menunjukkan pukul 06.45. Banyak tugas yang harus ia selesaikan. Walau dirundung duka, namun ia selalu bersemangat untuk mengajar. Seberat apa pun beban di hatinya, ia tak pernah menumpahkan masalah pribadi ke dalam pekerjaannya. Hal itu pula yang membuat para guru tak mengetahui akan pernikahan dirinya dengan Alea. Yang mereka tahu, Ammar masih melajang. Dan sifatnya yang tertutup memang karena ia tertutup sejak dulu. Hanya Asyifa, murid sekaligus tetangga Alea yang mengetahui pernikahan tersebut dan masih mengunci mulutnya rapat-rapat.

Bel masuk berbunyi. Ammar berjalan pelan menuju ruang kelas VIII B untuk mengisi jam pelajaran agama Islam. Ia mengucap salam yang langsung dibalas serempak oleh murid- muridnya. Setelahnya ia duduk dengan santai. Semua buku yang ia bawa diletakkannya di atas meja. Tangan kanannya meraih buku absen yang berada di sudut kanan meja tersebut. Kedua matanya tak sengaja menangkap sepucuk surat dengan amplop merah muda yang terselip di sana. Ammar sempat terheran. Lalu, menggelengkan kepalanya. Ia seakan tahu, dari, dan untuk siapa surat itu ditujukan. Ammar tak menggubris sepucuk kertas misterius itu. Ia menyimpannya dalam laci lalu menutupnya pelan-pelan.

"Ekheeem.." Asyifa, yang duduk tepat di depan Ammar menggodanya dengan ceria.

"Kenapa tidak dibaca, Pak Ammar?"

Ammar tersenyum simpul. Namun tak membalas pertanyaan murid terdekatnya itu. Dari belakang Asyifa, seorang murid laki-laki tampak memperhatikan keduanya dengan heran. Dia Aziz, murid humoris dan juga konyol yang menjadi pusat lelucon di kelas itu. Ia menyentuh pundak Asyifa, isyarat akan surat yang barusan Ammar simpan di dalam laci. Namun, gadis remaja bertahi lalat di bawah mata sebelah kiri itu tak merespon pertanyaannya.

"Asy, surat dari siapa sih?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun