Mohon tunggu...
Iin Andini
Iin Andini Mohon Tunggu... Guru - Pribadi

Guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Itu

5 Mei 2021   10:05 Diperbarui: 18 November 2021   07:13 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perempuan, Sumber: https://amanat.id/mengembalikan-makna-kata-perempuan/

"Oh, berani ya kamu melawan suami?" tantangnya.

"Kenapa, Mas? Kamu mau bilang seorang istri harus patuh kepada suami? Kamu telah mengkhianatiku. Kamu berani membawa perempuan lain ke rumah ini. Itu sudah keterlaluan, Mas. Lebih baik aku kembali ke orang tuaku, Mas!"

"Hei, kamu sudah berani melawan suami, ya?" teriak suamiku. Aku pun langsung berlari ke kamar dan mengambil anakku. Pada saat aku beranjak keluar dari kamar, suamiku menghalangi langkahku.

"Jangan bawa anakku!" katanya dengan tegas.

"Anak katamu? Bagaimana bisa kamu punya anak tanpa cinta, Mas?"

Aku pun berusaha menerobosnya dan berlari keluar dari rumah. Dengan kekuatan dan keberanian yang aku dapatkan tanpa kuduga malam ini, aku bisa berlari dengan kuat. Untung anakku tetap tenang tidur dalam gendonganku. Aku pun terus berlari dalam gelapnya malam bersama anakku. Aku hanya mendengar suara suamiku memanggilku. Aku terus berlari sampai akhirnya tiba-tiba sudah berada di depan rumah ibuku. Aku mengetuk pintu. Aku sangat khawatir jangan sampai suamiku menemukan keberadaanku.

Aku terus-menerus mengetuk pintu. Tidak lama kemudian, ibuku membukakan pintu dan aku langsung menerobos masuk.

"Langsung tutup pintunya, Bu!" kataku begitu panik

"Ada apa, Sri? Kenapa malam-malam ke rumah Ibu?" tanya ibuku terlihat panik.

Aku tidak bisa menjawab pertanyaan Ibu. Aku hanya menangis. Ibuku langsung mengambil anakku. Aku terus menangis. Hati ini sudah sesak dengan kebencianku. Kudengar ketukan pintu di luar. Kudengar pula ponselku berbunyi, tetapi tidak kuhiraukan. Ketukan pintu itu semakin keras.

"Sri, Sri, buka pintu!" teriak suara dari luar memanggilku. Aku tahu itu suamiku. Aku tak menghiraukannya. Mulutku sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Dadaku sudah sesak. Tiba-tiba kudengar suara anakku menangis. Aku langsung kaget. Aku terbangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun