Mohon tunggu...
Iin Andini
Iin Andini Mohon Tunggu... Guru - Pribadi

Guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tukang Bajaj

28 Februari 2021   21:42 Diperbarui: 28 Februari 2021   21:59 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bajaj Biru (Sumber: Solopos.com)

"Iya. Bapak tadi mengantar Mpok Atik ke pasar. Mungkin bentar lagi sampai," jawab Bu Ilham sambil menyiapkan makanan untuk pelanggannya. Tiba-tiba dia melihat Mpok Atik yang akan mengantar anaknya ke SD Mawar.

"Mpok, Pak Ilham mana, ya? Kok belum sampai?" tanya Mbak Dwi.

"Loh, 'kan tadi Pak Ilham katanya mau balik ke rumah dulu setelah mengantar saya ke pasar."

Mendengar kata-kata Mpok Atiek, Bu Ilham merasa khawatir. Tidak biasanya suaminya balik ke rumah sebelum mengantar pelanggannya. Dia meminta tolong Rati untuk melayani pembeli. Dia harus pulang ke rumah. Mbak Dwi pun langsung memesan bajaj yang lewat karena takut terlambat.

Sesampainya di rumah, Bu Ilham mendapati bajaj suami sudah terparkir di depan rumah. Dia pun semakin panik.

"Pak! Pak! Bapak di mana?" Bu Ilham pun menuju kamar mendapati suaminya tertidur. Bu Ilham pun memegang badan suaminya sudah dingin.

"Pak! Bangun Pak!" teriak Bu Ilham sambil menangis. Dia pun berlari keluar meminta tolong ke tetangganya. Para tetangga datang membantunya dan membawa Pak Ilham ke rumah sakit. Bu Ilham langsung menelepon wali kelasnya agar menyuruh Rani ke rumah sakit karena kakeknya sedang sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Pak Ilham langsung ditangani dokter. Setelah itu, dokter memberitahukan bahwa Pak Ilham telah meninggal. Dokter memperkirakan Pak Ilham meninggal 2 jam yang lalu.

Bu Ilham langsung memeluk suaminya. Rani yang sudah sampai pun ikut menangis. Mereka tidak menyadari jika Pak Ilham akan meninggalkannya. Bu Ilham teringat kecupan suaminya semalam ternyata kecupan terakhir. Rani pun tidak menyangka buku yang dibacanya semalam adalah buku terakhir dari kakeknya.

Semua meratapi kepergian Pak Ilham, si tukang bajaj di hari itu. Tiada lagi lelaki tua itu. Entah bagaimana nasib bajaj biru itu. Entah bagaimana nasib orang-orang terdekatnya. Bu Ilham dan Rani terus menangis di atas pusara Pak Ilham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun