Mohon tunggu...
Iin Andini
Iin Andini Mohon Tunggu... Guru - Pribadi

Guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kembalinya Masku

15 April 2020   22:00 Diperbarui: 15 April 2020   21:58 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kupandangi jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 01.00. Aku mulai panik menunggu kepulangan suamiku. Sesekali aku bangun dan berjalan menuju ruang tamu. Kuintip dari jendela berharap suamiku pulang. Aku mengambil ponsel dan mencoba menelepon lagi namun tidak diangkat. Kuulangi lagi sampai lima kali. Tetap saja sama. Masku ke mana? Apakah baik-baik saja? Mengapa kamu melakukan berulang kali sementara aku dan anakmu menunggumu di rumah.

            Aku pun kembali ke kamar dan berbaring di tempat tidur. Aku memikirkan Masku yang tak kunjung pulang. Di awal pernikahanku, kadang aku marah dan berteriak-teriak setiap kali pulang. Dia hanya terdiam. Tidak ada kata maaf yang keluar dari bibirnya. Aku semakin jengkel dan menangis sekencang-kencangnya tiap kali pulang. Lama kelamaan aku menjadi lelah sendiri dan mulai berpasrah.

            Apakah ini yang namanya cinta? Apakah aku harus menerima kekuranganya? Apakah aku harus meninggalkan kebiasaanku yang penuh tata krama dan kedisiplinan? Aku menangis dalam hati namun tidak berteriak lagi. Aku berusaha menguatkan diriku agar berhenti meneteskan air mata untuk sifatnya.

            Aku mulai menyibukkan diri dengan kegiatan anak-anakku dan pekerjaan rumah. Walaupun dalam hati, aku tidak suka dengan kebiasaan Masku keluar malam dan tanpa memberi kabar. Aku terhibur dengan tawa anak-anakku yang selalu memelukku tanpa tahu sebab ibunya lagi rapuh.

            Jarum jam sudah menunjukkan pukul 02.00. Belum terlihat Masku pulang. Aku mulai lelah dan mencoba memejamkan mata. Tetap tidak bisa. Kupandangai wajah anak-anakku yang tertidur pulas. Aku tersenyum dan menahan tangis dalam hati. Maafkan aku Tuhan apabila aku belum menjadi istri yang baik pada suamiku. Mungkin aku yang salah. Terima kasih atas anak-anak yang Engkau berikan kepadaku. Mereka selalu menjadi penyejuk bagiku.

            Aku bangun lagi dan menuju ruang tamu. Lebih baik aku menunggu suamiku pulang. Semoga dia baik-baik saja. Tidak lama kemudian, terdengar suara bunyi kendaraan berhenti di depan rumahku. Aku beranjak dari dudukku dan langsung mengintip ke jalan depan rumahku. Terlihat mobil suamiku. Aku sedikit lega dan langsung membuka pintu rumah. Kulihat suamiku turun dari mobil masih menggunakan pakaian kerjanya. Dia berlajan dengan oleng. Pandangannya sudah kosong dan sepertinya dia mabuk.

            Sesampainya di teras rumah, aku langsung menyapanya dan mencium tangannya. Tidak ada ekspresi senang bertemu dengan istrinya. Dia tetap cuek dan melepas sepatunya di ruang tamu.      "Mas..., mau dibuatkan teh hangat?" tanyaku dengan hati-hati. Aku takut Masku marah.

            Dia menatapku sejenak, "Hmm..!" jawabnya memberikan isyarat. Aku pun langsung menuju dapur memasak air. Suamiku pun langsung mengambil kasur dari kamar dan menggelarnya di depan televisi. Dia langsung berbaring.

            Sambil menunggu air mendidih, aku pun menghampirinya.

            "Mas, ganti baju dulu dan mandi pakai air hangat,"

            "Nanti saja. Saya capek!" jawabnya dengan nada suara sedikit kesal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun