Mohon tunggu...
Iik Nurulpaik
Iik Nurulpaik Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Akademisi, Pemerhati Pembangunan Bangsa

Edukasi jalan literasi peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gaya Hidup dan Stres Sosial

8 Desember 2022   20:15 Diperbarui: 8 Desember 2022   20:24 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Modernisasi sekarang ini telah membawa perubahan besar dalam kehidupan sosial masyarakat, gaya hidup masyarakat yang sudah amburadul. Persentuhan dan pertukaran budaya, khususnya yang diekspor oleh arus globalisasi telah efektif mereduksi norma-norma luhur, budaya dan kearifan lokal (local wisdom) yang penuh nilai kebaikan dan bahkan agama sekalipun telah dalam ancaman budaya.

 Kita sulit memilah mana budaya Amerika, budaya barat, mana budaya sunda, budaya Indonesia, semuanya telah bercampur baur. Orang Amerika ada juga sekarang ini yang meniru kehidupan seperti orang Indonesia, sebaliknya juga orang Indonesia tidak sedikit yang bahkan lebih merasa "Amrik" dari orang Amerika sendiri.

Ketika gelombang kesadaran spiritual untuk mempelajari dan melaksanakan ajaran Islam bagi kalangan non-muslim di Eropa dan Amerika menjadi fenomena, umat Islam justru banyak yang tak bergairah lagi untuk mempelajari Islam. Saat orang asing justru menggali khasanah kebudayaan sunda, orang sunda malah berlomba-lomba meninggalkan budayanya sendiri dan berlomba-lomba pula untuk menekuni budaya orang lain.

Hari ini tak perlu kaget ketika orang Amerika lebih pasih berbahasa Sunda ataupun melantunkan tembang Cianjuran atau menari jaipongan, ketuk tilu, ketimbang orang Sunda sendiri. Budaya lokal telah diapresiasi ketinggalan jaman dan kampungan. Tak ada lagi budaya lokal, yang ada hanyalah budaya global yang notabene kental dengan budaya barat yang sangat kering dari religiusitas. 

Penting untuk disadari bahwa perubahan gaya hidup ini mungkin bagi sebagian pandangan orang merupakan hal yang positif dipandang dari sudut pandang ekonomi. Tetapi dilihat secara sosio-kultural perubahan gaya hidup semakin membuat kebutuhan-kebutuhan seseorang semakin tak terkendali.

Bila tidak terpenuhi maka bagi sebagian orang akan menimbulkan stres sosial. Perasaan termarginalkan, tertinggal, tersingkir, telah menimbulkan suasana psikologis seperti rasa curiga, ketidak percayaan terhadap orang lain atau institusi sosial, sehingga bermuara pada rasa tidak puas terhadap keadaaan yang telah dicapai. Akhirnya menimbulkan konflik dalam diri serta antar individu yang menajam, sedikit saja disulut maka ketegangan dan konflik sosial terjadi. Dalam istilah sosiologi ini adalah instabilitas, tidak hanya instabilitas institusi sosial saja, tetapi sudah menjadi instabilitas individu.

Dimasa krisis yang tak menentu serikali terjadi ketegangan sosial, sedikit saja orang salah bicara maka tinju berbicara!, bahkan senjata bicara!. Tingkat kriminalitas semakin tinggi, dari mulai pencopetan, perampokan, pemerkosaan, membunuh majikan,  bahkan bunuh diri. Belum lagi dari hari ke hari harga kebutuhan pokok tak terkendali, pengangguran, anak jalanan, kemiskinan makin bertambah.

Sementara dipihak lain justru ada kalangan yang kehidupannya terangkat secara ekonomi yang disebabkan oleh karena struktur ekonomi atau kebijakan yang amat memihak kalangan tertentu. Tetapi kekayaan juga tidak berarti kesejahteraan bagi kalangan tersebut.

Rasa tidak aman, was-was setiap berjalan takut dicopet, takut ditodong, dan ketakutan lainnya menghantui. Ini adalah pertanda terjadinya rasa iri, rasa berontak bagi sebagian kalangan yang tersingkir dari persaingan hidup, tingkat kenekatan sebagian orang semakin tinggi, panasnya suhu cuaca alam sepertinya berkorelasi dengan semakin panasnya hati orang-orang.  

Ketimpangan sosial yang semakin dalam, telah timbul apa yang dikatakan Marx sebagai pertentangan kelas, kelas kaya dan kelas miskin. Kedua kelas ini oleh Marxisme selalu dipertentangkan, sehingga yang timbul adalah konflik, instabilitas sosial. Rasa aman telah menjadi barang mahal.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun