Mohon tunggu...
Ihza Ramadhan
Ihza Ramadhan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa Kolese

sekolah adalah sebagian dari hidupku, walau ku tahu sekolah tidak menjamin kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tanggapan Artikel Ari Indarto: Merindukan Sosok Pemimpin Humoris

28 Mei 2023   20:10 Diperbarui: 28 Mei 2023   20:13 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tulisan Artikel ini merupakan tanggapan dari Artikel "Merindukan Sosok Pemimpin Humoris" oleh Ari Indarto dan bisa dikunjungi lewat link ini; https://www.kompasiana.com/ariindarto1891/64340caa08a8b536fa43c4d2/merindukan-sosok-pemimpin-humoris

Ide utama dari artikel yang berjudul "Merindukan Sosok Pemimpin Humoris" yang ditulis oleh Ari Indarto adalah mengenai Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid sebagai mantan presiden Indonesia yang bersiffat humoris. Seringkali ia menyajikan kritikan kepada lawan politiknya dengan cerita lucu atau anekdot. 

Teks anekdot merupakan kisah yang mengandung sifat menggelitik. Pada teks anekdot bermaksud juga mengkritisi tokoh yang ada dalam anekdot tersebut, biasanya yang memiliki nama yang cukup diknal, seperti politisi, artis, yang dilontarkan sang penulis. Gus Dur, sang pemimpin humoris juga merangkai beberapa anekdot lainnya, seperti yang disajikan dibawah ini.

Waktu itu, Gus Dur menyuruh teman-temannya untuk mencuri ikan di kolam sementara Gus Dur mengawasi di pinggir kolam,"Gus Dur tak ikut masuk ke kolam dengan dalih mengawasi jika sewaktu-waktu KH Chudlori keluar dan melewati kolam. Tak lama kemudian, lanjut dia, KH Chudlori yang setiap pukul 01.00 WIB selalu keluar rumah untuk menuaikan shalat malam di masjid melintas di dekat kolam. Seketika itu juga, teman-teman Gus Dur yang sedang asyik mengambil ikan langsung disuruh kabur. Sementara Gus Dur tetap berdiri di pinggir kolam dengan memegang ikan hasil curian. Gus Dur kepada KH Chudlori , kalau tadi ikan milik kiai telah dicuri dan Gus Dur mengaku berhasil mengusir para pencuri itu, ikan hasil curiannya berhasil Gus Dur selamatkan. Atas "jerih-payah" Gus Dur itu, KH Chudlori menghadiahkan ikan tersebut kepada Gus Dur supaya dimasak di kamar bersama teman-temannya. Akhir kata, ikan itu akhirnya dinikmati Gus Dur bersama teman-teman bengalnya. Jelas Gus Dur mendapat protes keras dari teman-temannya yang disuruhnya mencuri tadi. Namun bukan Gus Dur namanya jika tak bisa berdalih, yang lebih penting adalah hasilnya. "Wong awakmu yo melu mangan iwake. Lagian, iwake saiki wis halal wong uwis entuk izin seko kiai. (Kamu juga ikut makan ikannya. Lagi pula, ikan curian tersebut sudah halal, karena telah mendapat izin dari kiai). Hal yang menarik adalah pada cerita anekdot ini, gus dur berhasil mengibuli KH Chudlori dan mengambil ikan secara "halal" dengan lihainya dalam berdalih.

Teks anekdot di atas berfungsi sebagai penghibur, dengan cara menyajikan cerita mencuri ikan tapi dengan cara ya cerdas, sehingga KH Chudlori memberikan ikan tersebut pada gus dur dan teman-temannya. Selain itu ini juga menjadi kritikan atas orang yang licik dalam mencapai kepentingannya, dan selalu punya dalih sehingga sulit untuk disalahkan. 

Di kehidupan nyata, peristiwa ini juga sering terjadi, terutama di pemerintahan dan perpolitikan, dimana gus dur cukup aktif pada bidang tersebut. Misalnya, tanpa menyebutkan nama, misalkan terjadi banjir pada suatu daerah. Sang pemimpin bukannya minta maaf, justru daerah berusaha lepas dari tanggung jawab, dengan mengatakan bahwa itu merupakan akibat dari hujan di daerah hulu yang tidak dikelola dengan baik, dan juga akibat dari bendungan yang belum selesai dibangun. 

Teks anekdot dari gus dur mencuri ikan tersebut menurut saya cukup menggelitik ketika saya baca, dan kritikan yang terkandung dalam teks tersebut juga sangat berfaedah karena relevan dengan peristiwa yang seringkali dialami negeri ini. Saran dari saya adalah agar jenis teks anekdot lebih dipopulerkan lagi karena dapat menghibur sekaligus menasihati pembaca.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun