Ada kejadian ganjil ketika Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar Deklarasi Kampanye Damai di Lapangan Monas, Jakarta, Minggu (23/9). Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tiba-tiba meninggalkan Monas saat acara deklarasi kampanye baru dimulai.
Aksi walkout (WO) ini dimulai dari SBY bersama Ani Yudhoyono, dan diikuti oleh kedua putranya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) serta Eddy Baskoro Yudhoyono yang meninggalkan acara setelah 5 menit pembukaan.
Adapun alasannya, karena SBY merasa ada aturan yang tidak ditegakkan oleh KPU terkait atribut dan simbol kampanye. Selain itu, SBY juga merasa diteriaki secara provokatif oleh sekelompok relawan pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.
Dengan aksi WO itu, SBY dan Partai Demokrat tidak ikut meneken Deklarasi Kampanye Damai sebagai kesepakatan bersama semua peserta Pemilu untuk mewujudkan pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Serta, tidak menggunakan informasi hoax, politisasi SARA dan politik uang.
Tindakan WO yang dilakukan oleh SBY ini bisa dikatakan sangat lebay dan berlebihan. Malah cenderung sedikit kekanak-kanakan. Pasalnya, SBY sebagai tokoh bangsa harusnya dapat menahan diri  untuk tidak gegabah dalam mengambil tindakan.
SBY sebagai Mantan Presiden dua periode terbukti tidak menunjukkan sikap negarawan dan simpatik dalam upaya mendukung penyelenggaraaan Pemilu 2019 yang tertib dan damai. Keputusannya untuk walkout sebenarnya hanya didasarkan pada permasalahan yang seharusnya bisa diselesaikan bersama.
Diakui atau tidak, tindakan itu justru dapat berdampak secara kontraproduktif pada Partai Demokrat sendiri. Karena berpotensi memunculkan gelombang sentimen negatif warganet terhadap dirinya yang dianggap reaktif, berlebihan, dan cenderung mencari perhatian melalui ragam model 'playing victim'.
Dengan aksi walkout SBY dan disertai absennya Partai Demokrat dalam menandatangani kesepakatan kampanye damai, maka bisa dikatakan partai berlambang mercy itu tidak sepakat dengan isi deklarasi tersebut. Mereka tidak berkomitmen untuk turut menyukseskan Pemilu dengan tertib, aman, dan damai.
Tindakan Walkout adalah sebuah blunder bagi mantan Presiden yang pernah memimpin Indonesia selama dua periode ini. Itu merupakan preseden buruk, sekaligus memberikan contoh yang tak baik bagi upaya berbagai pihak menuju penyelenggaraan pesta demokrasi 2019.
Kita sesalkan tindakan SBY di atas. Seharusnya bila memang ada masalah, hal itu bisa dibicarakan baik-baik, dan tak perlu walkout, Mantan Presiden kok baperan.