Memasuki tahun politik saat ini, desas-desus politik, bahkan fitnah kerap berseliweran di media sosial.
Kita perlu waspada dan harus bisa memilah isu agar hasutan-hasutan itu tidak memperkeruh situasi sosial-politik di tanah air
Desas-desus itu, misalnya, terlihat dari beredarnya tulisan berjudul "Para Jenderal Ikut Pilkada, Strategi BG Kuasai PDIP?" Tak dipungkiri semakin mendekati pesta demokrasi rakyat pada pertengahan tahun nanti, tulisan-tulisan seperti itu akan semakin banyak beredar di media sosial.
Dapat dipastikan bahwa artikel yang ditulis oleh Patrick Wilson itu adalah informasi hoax. Ia membangun 'cerita karangan' itu untuk memfitnah sejumlah tokoh Polri dan politik, sekaligus menyudutkan pemerintahan Presiden Jokowi.
Misalnya, Ia menyebarkan kabar bohonh bahwa sejumlah perwira tinggi Polri yang maju dalam Pilkada karena peran Budi Gunawan yang memiliki hubungan 'khusus' dengan Megawati Soekarnoputri.
Patrick Wilson juga menyebutkan bahwa BG melalui lembaga yang dipimpinnya menyadap sejumlah tokoh politik, seperti SBY. Tak hanya itu, Ia juga menuduh bahwa PDIP berada di balik kasus kriminalisasi para politisi Partai Demokrat.
Terakhir, Ia menyebarkan fitnah politik pada pemerintahan Presiden Jokowi karena tuduhan intervensi dalam kasus hukum dan Pilkada.
Apa yang disebarkan oleh Partrick Wilson sebagaimana kabar bohong, tidak disertai dengan bukti dan data yang kuat. Ia hanya mencocok-cocokan peristiwa seakan semuanya berkaitan. Padahal, kenyataannya tidak ada relasinya.
Tentu, kita paham bahwa menyebarkan kabar bohong, fitnah, dan atau, tuduhan tendensius seperti itu tak akan dilakukan tanpa tujuan yang politis. Pasti karena untuk kepentingan politiknya.
Tujuannya adalah untuk menggiring opini negatif masyarakat pada pemerintahan Presiden Jokowi dan partai pengusungnya. Hal itu berkaitan dengan momen Pilkada serentak pada tahun ini dan Pilpres tahun depan.
Praktik politik tanpa etika dengan menyebarkan kabar bohong, fitnah, dan ujaran kebencian itu harus kita hindari. Selain tak sesuai dengan kepribadian luhur bangsa Indonesia, juga mewariskan budaya politik yang kurang baik.