Mohon tunggu...
Ihsan Fauzan
Ihsan Fauzan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan? Ironi Bangsa Ini...

1 Oktober 2018   09:00 Diperbarui: 1 Oktober 2018   09:04 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Indonesia juga merupakan negara yang memilki laju kelahiran yang tinggi sehingga hal ini bermakna bahwa Indonesia memilki generasi muda yang cukup besar dan jika dapat dimanfaatkan secara maksimal, maka Indonesia memiliki "Iron Stock" yang dapat dipakai khususnya saat 1 abad Indonesia yaitu tahun 2045. Tentu kita berpikir apa yang sebenarnya harus kita sokong untuk generasi muda yang banyak ini. Pendidikan merupakan kunci untuk itu. Bagaimana akhirnya sebuah peradaban maju tergantung kepada kualitas pendidikan bangsa itu.

Pendidikan merupakan sebuah hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap manusia yang hidup. Pendidikanlah yang akan menggiring manusia menuju kemajuan peradaban. Pendidikan pula yang membuat manusia dan bangsa terlepas dari belenggu kebodohan sehingga karya-karya besar akan tercipta akibat pendidikan yang terintegrasi secara baik dan maksimal.

Saat ini Indonesia memilki masalah dalam pemerataan pendidikan. Kita dapat melihat jelas bagaimana kualitas pendidikan pada kawasan perkotaan serta pusat pemerintahan dibandingkan dengan daerah yang jauh dari sana. Kita dapat melihat dengan jelas betapa sulitnya akses pendidikan pada daerah yang dikategorikan sebagai daerah 3T.

Indonesia juga krisis pengajar yang memilki kualitas mumpuni. Efek ini akan berdampak pada kualitas pendidikan yang diperoleh di tiap sekolah. Pengajar yang baik tentu bukan hanya pengajar yang memiliki kecerdasan dalam bidang yang ditekuninya, namun dapat memberikan contoh moral dan etika yang baik agar tujuan pendidikan dapat tercapai.

Masalah yang dialami oleh Indonesia juga mencakup kesejahteraan guru. Kita dapat lihat bagaimana guru di Indonesia masih saja ada yang hidupnya tidak sejahtera. Gaji rata-rata guru saja masih kalah dibandingkan pekerjaan-pekerjaan lain. Mungkin hal ini juga yang mempengaruhi orang-orang yang berkualitas enggan menjadi seorang guru. Mari kita bandingkan gaji guru Jepang dengan Indonesia, di Jepang guru mendapatkan gaji per tahunnya sekitar Rp. 489 Juta, sedangkan angka itu tidak diperoleh di Indonesia. Tak perlu jauh-jauh, Singapura, negara tetangga kita, memiliki gaji per tahunnya adalah Rp. 512 Juta. Angka yang cukup fantastis dan merefleksikan keseriusan negara tersebut akan pendidikan.

Selain dari fasilitas pendidikan yang kurang merata dan guru yang kurang berkualitas dan sejahtera, kita juga bisa melihat satu dampak yang diperoleh akibat hal itu semua yaitu motivasi belajar anak-anak Indonesia. Saya cukup khawatir ketika saya melakukan pemetaan sosial ke suatu wilayah di Bandung dan mengajak ngobrol ke beberapa anak. Mereka bahkan tidak tau buat apa sekolah. Rata-rata mereka hanya sekolah karena disuruh orang tua saja, dan bahkan ketika tidak ada orang tua di sampingnya, mereka malah bermain dan meninggalkan kelas alias bolos. Hal ini baru di Bandung, dan mungkin Bandung adalah salah satu kota yang  menjadi pusat pemerintahan. Bagaimana anak-anak Indonesia yang ada di pelosok? Mungkin memang kita sering dengar motivasi mereka cukup tinggi, namun, apakah itu berarti mereka semua memiliki motivasi yang sama? Mungkin mereka-mereka yang memiliki motivasi tersebut hanya segelintiran kecil dari seluruh anak Indonesia yang ada di daerah sana.

Ini adalah PR kita bersama. Bagaimana akhirnya kita mengharapkan Indonesia yang lebih baik dan bermartabat jika sekarang pendidikan saja kurang begitu teramati. Mungkin sudah ada pengamatan jauh lebih intens daripada dahulu, tetapi hal ini belum cukup ketika masyarakat yaitu kita tidak dan masih belum sadar akan urgensi pendidikan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun