Insomnia menjadi salah satu momok yang menakutkan bagi sebagian besar mahasiswa. Memangnya kenapa? Karena itu yang membuat pola tidur menjadi tidak teratur dan kacau. Tidur yang seharusnya 8 jam sehari malah menjadi hanya 3-4 jam sehari. Itupun masih mending jika dibandingkan pada mahasiswa tingkat akhir yang terkadang tidak tidur sehari sampai 2 hari. Insomnia dapat terjadi pada hampir semua usia berkisar antara 15-70 tahun dan ternyata yang paling banya terjadi pada usia muda dan produktif (Kemenkes, 2013).
Sebenernya apa sih insomnia itu dan bagaimana penyebab serta dampak bagi kesehatan tubuh? Menurut Nurdin (2018) insomnia merupakan suatu kondisi yang dicirikan dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seseorang individu. Intinya insomnia itu susah tidur. Susah tidur disini yang dimaksud adalah susah tidur yang berkepanjangan, bukan yang hanya terjadi hanya dalam waktu satu atau dua hari saja. Kondisi ini sangat banyak terjadi di kalangan mahasiswa.
Tuntutan mahasiswa untuk menyelesaikan tugas dan deadline yang banyak yang membuat mahasiswa untuk menahan tidur untuk mengerjakan tugas. Jika kebiasaan ini berlangsung secara terus menerus maka akan merubah pola tidur, sehingga rasa kantuk akan muncul ketika siang hari pada saat perkuliahan. Nurdin (2018) dalam penelitiannya terhadap beberapa mahasiswa dengan berbagai konsumsi kafein, perilaku merokok dan aktivitas fisik untuk mengetahui korelasinya terhadap insomnia di kalangan mahasiswa.
sumber gambar: https://www.jawapos.com/jpg-today/05/04/2019/berhenti-merokok-merupakan-proses-hijrah-yang-bertahap/Â
Merokok merupakan penyebab yang signifikan terhadap insmonia. Hasil penelitaian Tsutsumia (2007) menyatakan bahwa perilaku merokok menunjukan terjadinya penurunan kualitas hidup penderita insomnia. Menurut Mushofa kandungan nikotin dalam rokok yaang menjadi penyebab insomnia. Pada perokok terjadi perubahan metabolisme yang menyebabkan insomnia (Lasmadasari et al, 2016). Ketika kualitas hidup yang turun maka akan berdampak pada kinerja yang buruk. Hal ini menimbulkan masalah yang serius seperti depresi. Depresi merupakan keadaan seseorang mengalami kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah dan keinginan bunuh diri (Nurdin, 2018). Hal ini tentu menjadi perhatian yang khusus untuk para perokok untuk mengurangi jumlah merokok dan mulai berpikir untuk berhenti merokok.
sumber gambar: https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/kopi-decaf-kopi-tanpa-kafein/Â
Kafein menjadi salah satu konsumsi yang wajib ketika sudah merasa mengantuk sedangkan pekerjaan masih banyak. Dibalik rasanya yang menyegarkan dan membuat rasa kantuk menghilang ternyata kafein bisa menyebabkan insomnia bahkan depresi. Menurut penelitian yang dilakukan Tsutsumia konsumsi kafein dirasakan dapat meyebabkan depresi pada penderita insomnia. Sebagian besar responden mengalami kecemasan, keputusasaan dan perasaan depresi dikarenakan konsumsi kafein yang berlebih. Itu terjadi karena paradigma masyarakat menganggap insomnia sebagai penyakit yang sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak merasa bahwa dirinya sendiri sedang mengalami depresi ringan dengan perasaan cemas.
sumber gambar: http://sean-gelael.com/news/5xvva-jogging-olahraga-mudah-dengan-manfaat-besarÂ
Ativitas fisik yang dianjurkan bagi penderita insomnia adalah aktivitas selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang terbakar sedikitnya 150 kalori/hari. Salah satu yang bisa dilakukan adalah aerobik. Suatu aktivitas, baik itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga, dikatakan aerobik jika dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung, paru-paru, dan otot. Orang kurang melakukan aktivitas fisik seperti olahraga pada umumnya cendeung mengalami kegemukan dan akan menaikkan tekanan darah sehingga dapat berakibat sulit untuk tidur (insomnia) (Nurdin, 2018).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok, mengkonsumsi kafein dan aktivitas fisik menjadi penyebab terjadinya insomnia yang bisa berdampak kesehatan tubuh dan mental. Sebagai mahasiswa yang sedang memperjuangakan cita-cita demi membanggakan orang tua diharapkan mengurangi konsumsi kafein dan rokok, serta menambah aktivitas fisik yang baik untuk menunjang agar kegiatan perkuliahan berjalan dengan baik maka prestasi juga oke.
Sumber:
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
Lasmadasari, N. & Manna U. P. (2016) Studi Prevalensi dan Faktor Risiko Sindrom Metabolik Pada Nelayan Di Kelurahan Malabro Bengkulu. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia;12(2):98-103.
Mushoffa, Muhammad Annahri., Husein, Achyar Nawi, Bakhriansyah, Mohammad.(2013). Hubungan Antara Perilaku Merokok dan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Fk Unlam. Berkala Kedokteran, Vol. 9 No. 1: 85-92
Nurdin, Muhammad Akbar., Arsin, Andi Arsunan., Thaha, Ridwan M. (2018). Kualitas Hidup Penderita Insomnia pada Mahasiswa. JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 2: 128-138
Tsutsumia, A., Izutsub, T., Islamc, A. M., Maksudad, A. N., Katoa, H. & Wakaie, S. (2007). The Quality of Life, Mental Health, and Perceived Stigma of Insomnia in Bangladesh. Social Science and Medicine, 64(12):2443-53