Mohon tunggu...
ihlasul amal
ihlasul amal Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN JOGJA

Mahasiswa biasa-biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam, Agama Kedamaian

20 Mei 2022   21:45 Diperbarui: 20 Mei 2022   22:01 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islam merupakan agama perdamaian. Ungkapan ini antara lain dapat ditilik dari segi bahasa (semantik). Secara etimologis, kata Islam terbentuk dari fi’il mujarrod, salima-yaslamusalāman-salāmatan, yang memiliki makna berserah diri, selamat, sejahtera, damai, hubungan yang harmonis atau tanpa cela. Istilah Islam secara literal berarti “pasrah kepada Tuhan” dan “kedamaian”. Gagasan ini terkait dengan pandangan bahwa kepatuhan kepada kehendak Tuhan akan menghasilkan kedamaian. Orang-orang yang menyerahkan diri mereka demi ketaatan kepada Tuhan disebut “Muslim”. Dengan begitu, orang-orang Muslim adalah yang “damai” bersama makhluk. Seorang Muslim sejati adalah seorang yang tulus mencintai sesama tanpa mempedulikan latar belakang agama, ideologi ras, dan identitas primordial lainnya. Dari sudut pandang teologis Konsep Islam sebagai agama perdamaian tercermin dalam seperangkat ajarannya yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadis. 

Charles Kimball mengemukakan bahwa AlQur’an merupakan kitab suci yang berisi banyak hal tentang cinta, keadilan, kasih sayang, dan kebaikankebaikan lain yang dekat dengan ridla Tuhan dan diwajibkan kepada seluruh umat Muslim. Al-Hujurāt ayat 9 yang memerintahkan untuk mendamaikan kelompok yang sedang berkonflik. Di samping itu, dalam Q.S. Al-Baqarah: 263 disebutkan bahwa “perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari sedekah yang diikuti dengan hal yang menyakitkan”.  Di antaranya adalah Hadis Riwayat At-Tarmidzi: “Hai segenap manusia, sebarkan salam (perdamaian), sedekahkanlah makanan dan sambunglah tali persaudaraan (silaturrahmi) serta salatlah di kala manusia tidur di kegelapan malam, niscaya kamu masuk surga dengan penuh kesejahteraan” (HR. AtTamidzi).

Bukti lain bahwa Islam merupakan agama perdamaian dan mencintai perdamaian tercermin dalam ungkapan bismillāhi al-rahmāni al-rahīmi, artinya dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Setiap Surat dalam Al-Qur’an diawali dengan ungkapan tersebut.

Dari perspektif historis Bukti lain bahwa Islam merupakan agama perdamaian dan mencintai perdamaian tercermin dalam ungkapan bismillāhi al-rahmāni al-rahīmi, artinya dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Setiap Surat dalam Al-Qur’an diawali dengan ungkapan tersebut. masyarakat Arab yang terkenal memiliki karakter yang kasar. Dalam berdakwah, beliau kerap mendapatkan ancaman fisik dan psikis dari kelompok-kelompok yang menentangnya.

Harus diakui bahwa sejarah Islam memang banyak diwarnai peperangan, namun perang yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat sejatinya lebih bertujuan utuk mempertahankan diri, bukan untuk agresif. Kendatipun Rasulullah SAW dan para sahabat berhasil melakukan ekspansi hingga ke luar Jazirah Arab, namun tidak pernah memaksakan penduduk non-Muslim di wilayah yang ditaklukannya untuk memeluk agama Islam. Di kota Madinah, Rasulullah SAW berhasil menjadi pemimpin yang memutuskan sekat-sekat  tribalisme yang pada saat itu masih sangat kuat dianut oleh masyarakat Arab. Lebih dari itu, bersama komunitas ahl al-kitab (non-Muslim), beliau mendeklarasikan Piagam Madinah yang isinya memuat norma-norma dalam berinteraksi dengan komunitas nonMuslim supaya terajut perdamaian di kota Madinah.

Begitupun dalam sudut pandang tasawuf Gambaran Islam sebagai agama perdamaian juga tampak jelas dalam mistisisme Islam (tasawuf). Tasawuf sarat akan nilai-nilai perdamaian. Pasalnya, tasawuf sangat menekankan dimensi esoteris yang melampaui sekatsekat kebangsaan, agama, etnik, dan ideologi. 

membumikan ajaran Islam yang damai mulai dari pertama keluarga. Keluarga merupakan institusi pendidikan pertama dan utama bagi manusia. Melalui keluarga, seorang anak mendapat pengalaman belajar untuk pertama kalinya. Di institusi keluarga pula, moralitas dan intelektualitas anak terbentuk untuk pertama kalinya. Oleh karena itu, orang tua memiliki peran penting dan sentral dalam mengajarkan Islam yang damai kepada anak-anaknya sejak dini.

Kemudian yang jedua adalah di instansi pendidikan Pendidikan merupakan media yang tepat untuk mendakwahkan Islam yang damai kepada masyarakat (baca: peserta didik) secara sistematis dan berkesinambungan. Melalui pendidikan, diseminasi doktrin Islam yang damai akan lebih mudah dilakukan.

Disamping itu pemuka agama juga seperti ulama juga  pembumian ajaran Islam yang damai dapat dilakukan dengan melibatkan ulama. Tanpa bermaksud mengabaikan peran pemimpinpemimpin lainnya, ulama memiliki peran yang sentral dan signifikan dalam masyarakat.

daftar Pustaka: 

Hasan, Muhammad Tholhah, Islam dalam Perspektif Sosial Kultural, Jakarta: Lantobora Press, 2005.

https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun